Sedangkan pada filiformis, bintil lebih untuk menerima rasa sentuh daripada pengecapan. Selaput lendir langit-langit dan faring juga bermuatan bintil pengecap.
Lidah memiliki empat macam rasa kecapan, yaitu manis berada di ujung lidah, kemudian asin dan asam terletak pada pinggir lidah, dan rasa pahit berada di pangkal lidah.
Kebanyakan makanan memiliki ciri harum dan cita rasa, tetapi ciri tersebut justru merangsang ujung saraf penciuman bukan pengecapan.
Supaya dapat dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan, serta harus bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda.
Baca juga: Yuk, Icipi Dodol Lidah Buaya Gunungkidul
Bintil pengecap yang berbeda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga.
Makanan yang sudah dihancurkan atau minuman yang bersifat larutan akan merangsang ujung saraf pengecap.
Oleh saraf pengecap, rangsangan akan dikirimkam ke pusat saraf pengecap yang ada di otak.
Selanjutnya otak akan mengolah rasa sehingga kita mendapatkan satu informasi rasa suatu jenis makanan atau minuman.
Masing-masing orang pada dasarnya memiliki kepekaan rassa yang berbeda. Hal ini dikarenakan kebiasaan makanan atau minuman yang dikonsumsi.
Misalnya kepekaan orang yang biasa makan makanan pedas akan berbeda dengan orang yang jarang makan pedas.
Atau orang yang suka makanan gurih dan asin akan lebih peka dengan masakan gurih dibandingkan orang yang justru sukanya makan pedas.
Baca juga: Makanan Khas Makau yang Akrab di Lidah Orang Indonesia
Selain itu mengkonsumsi makanan yang terlalu pedas, panas, atau asin juga akan mengganggu lidah kita. Meski gangguan ini bersifat sementara.
Fungsi lidah juga dapat terganggu jika lidah terserang sariawan. Sariawan adalah sejenis infeksi jamur yang berupa bintik putih yang ada di langit-langit, mulut, maupun gusi.
Lidah juga menjadi indra yang harus dijaga kebersihannya. Hal ini dilakukan agar lidah tidak sakit dan tidak menggaggu kenyamanan saat makan maupun minum.
Beberapa caranya bisa dilakukan, antara lain: