Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Hujan Deras Selalu Diikuti Awan Mendung dan Petir?

Kompas.com - 09/12/2019, 16:21 WIB
Serafica Gischa ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita biasa menyebut hujan sebagai tetesan air yang jatuh dari awan ke Bumi. Hujan yang deras biasanya disertai dengan awan hitam yang sering disebut mendung dan petir.

Diambil dari Encyclopaedia Britannica (2015), tetesan hujan memiliki diameter sebesar 0,02 inchi atau 0,5 milimeter. Tetesan yang lebih kecil dari itu kita sebut sebagai gerimis.

Lalu, dari mana datangnya hujan? Air hujan bersumber dari laut. Namun danau dan sungai juga bisa menjadi hujan.

Prosesnya, air yang menguap akibat panas matahari, menjadi embun dan berkumpul di awan. Inilah fase kedua sebelum turun hujan.

Embun atau embun beku yang naik, mengembang dan membentuk awan, Jika semakin tebal, akan menjadi hujan.

Baca juga: Musim Hujan Segera Tiba, Kenali Gejala DBD pada Anak

Lalu, bagaimana dengan mendung? Mendung selalu identik dengan awan hitam.

Hal ini karena uap air yang dibawa tidak hanya karena air yang ada di dalam tanah ataupun laut serta sungai, melainkan juga dari asap knalpot mobil, debu, dan sumber lainnya.

Seringkali awan hujan menghitam juga karena banyak uap air mengembun.

Semakin banyak butiran air dan kristal es yang terkumpul, maka semakin tebal awannya. Karena semakin tebal, intensitas cahaya untuk melewati awan juga semakin kecil.

Semakin banyak butiran air yang terkumpul, semakin banyak cahaya yang terserap. Sehingga awan semakin gelap dan hasilnya hujan yang turun juga akan lebat.

Sambaran Petir

Meski mendung dan petir belum berarti hujan, namun keduanya menjadi pertanda hujan. Setelah adanya awan hitam atau mendung ada kilatan petir yang terjadi.

Baca juga: Fenomena Langit Bulan Ini, Hujan Meteor hingga Gerhana Matahari Cincin

Disadur dari Kompas.com setiap kali petir menyambar, ada reaksi nuklir yang menghasilkan partikel langka serta hujan sinar gamma.

Sinar gamma adalah radiasi yang muncul dari proses nuklir atau pertemuan elektron dan positron.

Fisikawan Kyoto University, Teruaki Enoto membuktikan dalam risetnya di jurnal Nature yang diterbitkan pada 2017 lalu.

Petir terjadi dari elektron yang bergerak cepat di atmosfer dan terus menerus bertabrakan satu sama lain hingga menciptakan plasma dan radiasi.

Ternyata tak setiap kilatan petir itu bisa terlihat oleh manusia.

Dalam riset Enoto dibuktikan bahwa sinar gamma memicu eksitasi nitrigen dan oksigen sehingga memicu reaksi nuklir.

Baca juga: Musim Hujan, Jangan Lupa Bersihkan Talang

Dengan adanya sinar gamma, berdampak pada kestabilan nitrogen dan oksigen. Secara unmum, Enoto membuktikan bahwa petor adalah ekselerator partikel.

Proses petir terjadi memicu sinar gamma sebesar 0,511 megaelektron volt.

(Sumber:Kompas.com/Michael Hangga Wismabrata | Editor: Yunanto Wiji Utomo)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com