KOMPAS.com - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
Terkadang pidato yang dibawakan oleh seseorang terdengar membosankan.
Umumnya, hal itu disebabkan karena materi yang dibawakan dan cara penyampaian serta nilai yang terkandung dalam pidato itu kurang bisa membawa hadirin untuk menyelami dan memahami makna yang terkandung dalam uraian pidato.
Dilansir dari buku Lancar Pidato & MC (2017) oleh Astri Novia, orator yang sangat fasih dapat memaparkan pidatornya dengan sederhana, karena ia bisa membawakannya dengan penuh kesan, wibawa, dan penuh percaya diri.
Lalu, bagaimana agar menjadi orator yang baik dan bisa menyampaikan pidato dengan jelas serta didengar hadirin?
Dikutip dari buku Cara Praktis Belajar Pidato, MC, dan Penyiar Radio (2017) oleh Ristina Yani Puspita, dijelaskan ada 6 cara agar pidato kita jelas dan didengar hadiri.
Berikut rinciannya:
Cara Anda mengucapkan kata-kata dapat menjadi faktor besar dalam memengaruhi orang lain.
Orang yang salah mengucapkan kata-kata biasanya dianggap kurang cocok sebagai seorang pembicara.
Untuk itu, hal yang harus Anda perhatikan adalah artikulasi. Artikulasi adalah kejelasan pengucapan atau pelafalan kata.
Artikulasi yang tidak jelas bisa terjadi karena berbicara terlalu cepat, berbicara dengan rahang atau mulut yang kurang terbuka, dan karena penggunaan alat bicara yang tidak tepat dalam mengucapkan huruf-huruf tertentu.
Volume diartikan sebagai keras lembutnya kita berbicara.
Volume tergantung dari berapa banyaknya udara yang ditekan melalui tali suara.
Idealnya suara kita terdengar oleh semua audiensi di dalam ruang tersebut.
Selain volume, tempo atau speed yang digunakan juga perlu diperhatikan. Bila kita berbicara terlalu cepat, bisa jadi artikulasi menjadi tidak jelas sehingga informasi tidak bisa diterima dengan baik.
Yang dimaksud emosi adalah unsur-unsur perasaan yang bisa terbawa melalui suara kita.
Kalau kita membawakan acara hiburan yang membutuhkan keceriaan, maka emosi yang ada dalam suara kita pun harus mengandung rasa bahagia, bukan sebaliknya.
Bila emosi tidak sesuai dengan acara, maka bisa saja suasana yang dirasakan oleh hadirin akan berbeda.
Diksi diartikan sebagai pemilihan kata.
Seorang orator harus memiliki kepandaian memilih kata yang tepat, sehingga kalimat-kalimat yang diucapkannya mengandung informasi yang benar dan dapat dimengerti dengan baik, serta memberikan nuansa yang tepat bagi acara tersebut.
Acara-acara resmi tentu memerlukan kalimat-kalimat informatif yang resmi dan memberi kesan berwibawa, sedangkan acara-acara santai membutuhkan lebih banyak kata atau kalimat yang memberi nuansa ceria dan bersemangat.
Colour sering disebut juga sebagai timbre, atau kualitas/warna suara yang diperoleh dari kemampuan resonansi hidung.
Timbre juga merupakan kemampuan mengendalikan cara bernapas dan cara penyebutan huruf mati dan huruf hidup.
Nada adalah tinggi rendahnya kita berbicara.
Jika kita berbicara dengan nada yang sama, maka suara kita akan terdengar monoton dan membosankan.
Maka diperlukan variasi nada, kadang menggunakan nada rendah, kadang menggunakan nada tinggi. Irama inilah yang disebut intonasi.
Untuk acara-acara yang bersifat santai dan bertujuan mengangkat emosi audiensi, apalagi dengan jumlah audiensi yang banyak, diperlukan nada-nada tinggi dan tempo yang agak cepat.
Itulah beberapa cara agar pidato yang kita sampaikan dapat didengar dan dimengerti oleh hadirin.
https://www.kompas.com/skola/read/2024/01/26/155630569/6-cara-agar-pidato-dapat-didengar-dan-dipahami-hadirin