Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Filosofi dan Tata Letak Rumah Tradisioanl Bali

Oleh: Ani Rachman, Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi

KOMPAS.com - Rumah, sesederhana apapun bentuknya tetap memiliki nilai-nilai filosofi bagi pemiliknya. Nilai-nilai itu akan semakin kental pada rumah tradisional atau rumah adat.

Karena, umumnya rumah adat dibangun atas dasar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat yang membuatnya.

Filosofi Rumah Bali

Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujud hubungan yang harmonis antara aspek Pawongan, Palemahan, dan Parahyangan.

Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana.

Pawong merupakan para penghuni rumah, Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya, dan Parahyangan, yaitu tempat ibadah yang menandakan hubungan penghuni rumah dengan Tuhan.

Tata letak Rumah Bali

Rumah Bali harus sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali, yang mengatur tata letak ruang dan bangunan. Rumah Bali tidak merupakan satu kesatuan dalam satu atap. Tetapi, terbagi dalam beberapa ruangan yang berdiri sendiri. 

Pola bangunan dalam kompleks rumah Bali diatur menurut konsep arah angin dan sumbu Gunung Agung, yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan leluhur suci mereka.

Arah menghadap Gunung ini disebut kaja. Sebaliknya, hal-hal yang tidak dianggap keramat atau suci diletakkan ke arah laut yang disebut kelod.

Sudut utara-timur adalah tempat yang suci, digunakan sebagai tempat pemujaan, yaitu pamerajan (pura keluarga). Sudut barat-selatan merupakan sudut yang terendah dalam tata-nilai rumah, yang merupakan arah masuk ke hunian.

Pada pintu masuk (angkul-angkul) terdapat tembok yang dinamakan aling-aling. Fungsinya adalah sebagai penghalang pandangan ke arah dalam untuk memberikan privasi. Pintu seperti itu juga digunakan sebagai penolak pengaruh-pengaruh jahat atau jelek. 

Pada bagian ini terdapat bangunan jineng (lumbung) dan pao (dapur). Lalu berturut-turut terdapat bangunan-bangunan bale tiang sangah, bale sikepat (semanggen) dan umah manten.

Tiga bangunan itu merupakan bangunan terbuka. Di tengah-tengah hunian terdapat natah (taman) yang merupakan pusat dari hunian.

Umah meten untuk ruang tidur kepala keluarga atau anak gadis. Umah meten merupakan bangunan yang mempunyai empat buah dinding.

Fungsi ummah meten adalah tempat disimpannya barang-barang penting dan berharga. Rumah Bali biasanya mempunyai pembatas yang berupa pagar yang mengelilingi bangunan atau ruang-ruang yang ada.

Makna hiasan Rumah Bali

Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi.

Ukiran maupun pahatan yang ditempatkan pada bangunan tersebut mengambil tiga kehidupan di Bumi, yaitu binatang dan tumbuhan. Ukiran hewan biasanya berbentuk patung sebagai simbol-simbol ritual.

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/16/200000169/mengenal-filosofi-dan-tata-letak-rumah-tradisioanl-bali-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke