Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kupu-kupu Unik Ini Berasal dari Dua Spesies Berbeda, Kok Bisa?

Kompas.com - 21/04/2024, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

 

KOMPAS.com - Evolusi kerap dibayangkan sebagai sebuah pohon, dengan spesies individu sebagai daun pada cabang-cabangnya. Namun, terkadang, daun tersebut saling bertautan, sehingga dua spesies berbeda dapat menghasilkan keturunan yang disebut hibrida.

Hewan hibrida seringkali tidak subur, terutama jika terdapat perbedaan genetik yang signifikan antara spesies induknya. Namun, ada pengecualian. Terkadang, hibrida bisa subur, terutama jika spesies induknya serupa secara genetik.

Dalam sebuah studi baru, para peneliti menggambarkan contoh yang menarik, yakni kupu-kupu Heliconius. Kupu-kupu hibrida ini tidak hanya subur, tetapi juga menciptakan spesies baru.

Pada tumbuhan, spesiasi hibrida terdokumentasi dengan baik, sebagian besar disebabkan oleh penggandaan kromosom. Namun, pada hewan, kejadian seperti itu jarang terjadi dan kompleks, terutama jika jumlah kromosom tetap tidak berubah.

Kupu-kupu Heliconius, dengan kisah spesiasinya yang baru terungkap, memberikan narasi menarik tentang bagaimana hibridisasi dapat mendorong spesiasi pada hewan. Temuan ini mungkin mengubah cara ilmuwan memandang konsep suatu spesies.

Baca juga: Penglihatan Kupu-kupu Jadi Inspirasi Alat Pendeteksi Kanker, Kok Bisa?

Hibrida + hibrida = spesies baru

Peneliti Neil Rosser dan rekannya mengurutkan genom spesies Heliconius elevatus. Mereka menemukan bahwa spesies ini muncul setelah peristiwa hibridisasi sekitar 180.000 tahun yang lalu, antara dua spesies lain, yakni H. melpomene dan H. pardalinus.

Segala sesuatu tentang H. elevatus menunjukkan bahwa ia adalah spesies baru. Ia memiliki tanaman inang ulat yang berbeda, feromon yang berbeda, pola warna yang berbeda, bentuk sayap, dan cara terbang yang berbeda.

Hal yang lebih mengejutkan lagi, ketiga spesies tersebut kini hidup di wilayah yang luas di hutan hujan Amazon, dan mencakup relung ekologi yang berbeda-beda.

Meskipun kini terdapat bukti adanya hibridisasi antar spesies, yang sulit dipastikan adalah bahwa hibridisasi ini, dalam beberapa hal, terlibat dalam spesiasi.

Sebagaimana yang dikatakan, James Mallet, profesor biologi organisme dan evolusi di Harvard, "Bagaimana bisa menggabungkan dua spesies dan menghasilkan spesies ketiga dari keruntuhan tersebut?".

Baca juga: IUCN Keluarkan Kupu-kupu Raja dari Kategori Spesies Terancam Punah

Sebagian besar genom H. elevatus berasal dari salah satu spesies induk (H. pardalinus). Kontribusi genetik yang minimal namun signifikan ini menggambarkan aspek evolusi yang menakjubkan bahwa terkadang, sebagian kecil genom dapat memberikan dampak besar pada lintasan evolusi suatu organisme.

Di “pulau-pulau” genetik inilah dapat ditemukan sifat-sifat yang memungkinkan H. elevatus berkembang di habitatnya, dan membedakannya dari spesies induknya meskipun ada aliran gen yang berkelanjutan.

Misalnya, salah satu ciri paling mencolok dari Heliconius elevatus adalah warna sayapnya. Warna-warna ini bukan hanya untuk pajangan; mereka memiliki fungsi penting dalam mimikri, yaitu melindungi kupu-kupu dari predator.

Mimikri dalam Heliconius adalah fenomena yang banyak dipelajari. Spesies yang berbeda menampilkan pola sayap yang serupa dalam berkomunikasi toksisitas, sebuah strategi bertahan hidup yang mengurangi kemungkinan mereka untuk dimakan.

Spesies yang “bocor”

Penelitian baru ini lebih dari seksdar menemukan peristiwa langka: kasus Heliconius elevatus menantang pandangan tradisional tentang spesiasi dan adaptasi. Hal ini bahkan dapat mengubah cara memandang suatu spesies.

Studi ini juga menunjukkan bahwa spesies mungkin tidak terdefinisi dengan baik seperti yang diduga.

Penelitian sebelumnya sudah menunjukkan bahwa perbedaan antara spesies dan subspesies tidak sejelas yang diperkirakan dan selama satu atau dua dekade terakhir, para peneliti telah menemukan semakin banyak petunjuk bahwa hibridisasi juga berperan dalam proses ini.

Rosser mengatakan, selama 10 atau 15 tahun terakhir, telah terjadi perubahan paradigma mengenai pentingnya hibridisasi dan evolusi. Secara tradisional, hibridisasi dianggap menghambat spesiasi. Kini, yang terjadi justru sebaliknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com