Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pilih Bikin Koloni di Mars daripada di Bulan?

Kompas.com - 30/01/2024, 15:34 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seiring populasi Bumi yang makin meningkat, sumber daya planet ini pun makin menipis.

Itu mengapa ada wacana kita harus mencari rumah baru.

Baca juga: Bagaimana Serangga Bisa Membantu Menumbuhkan Tanaman di Mars?

Mars disebut-sebut sebagai kandidat yang baik sebagai rumah masa depan manusia. Sayangnya, perjalanan ke Mars memakan waktu berbulan-bulan dan itu pun bergantung pada kesejajarannya dengan Bumi.

Perjalanan ke Planet Merah juga bukan perkara yang gampang. Bahkan, mengirimkan mesin kecil pun memerlukan roket yang lebih besar dan boros bahan bakar sehingga pertukaran infrastruktur untuk membangun seluruh koloni untuk saat ini adalah hal yang mustahil.

Penundaan komunikasi juga bisa terjadi hingga 4 menit sehingga perlu waktu jika ingin memanggil bantuan.

Prospek kolonisasi pun nampaknya jauh lebih mudah dilakukan di tempat yang letaknya lebih dekat dengan planet kita, yaitu Bulan.

Bulan yang mengorbit Bumi hanya berjarak 3 hari jadi penundaan komunikasi hanya beberapa detik saja. Memanggil bantuan menjadi lebih memungkinkan dan bertukar informasi pun bukan masalah besar.

Namun, terlepas dari kemudahan itu, mengapa para penjelajah luar angkasa tetap memilih Mars sebagai alternatif tempat tinggal di masa depan?

Ternyata ada beberapa alasan.

Kurang atmosfer

Dikutip dari Science ABC, menghuni Mars lebih menjanjikan karena seperti planet kita, Mars diselimuti dan dilindungi oleh atmosfer.

Baca juga: Zat Pemercepat Produksi Oksigen dari Air di Mars Telah Ditemukan

Meskipun atmosfernya tidak mampu menampung oksigen bertekanan seperti yang kita miliki yang sangat penting untuk kehidupan, atmosfernya tetap melindungi planet ini dari hujan meteoroid yang merusak.

Lapisan atmosfer juga akan melindungi kita dari sinar UV matahari, yang tanpanya kita akan terpanggang.

Sementara di sisi lain, Bulan kekurangan atmosfer sehingga hujan meteorid yang merusak menjadi sebuah fenomena yang umum di sana. Selain itu, minimnya lapisan atmosfer bakal membuat manusia terpanggang dalam hitungan detik di Bulan.

Gravitasi yang lebih kecil

Gravitasi Mars lebih kecil dari Bumi tetapi cukup besar untuk menarik gas dan membentuk atmosfer. Gravitasinya yang hanya sepertiga Bumi ini tentu akan membuat astronot memerlukan waktu untuk membiasakan diri.

Akan tetapi, saat di Bulan diperlukan waktu yang lebih lama untuk membiasakan diri. Ini karena gravitasi Bulan hanya seperenam Bumi.

Debu Bulan

Permukaan Bulan yang berkawah dan terjal seluruhnya tertutup oleh debu Bulan yang dikenal sebagai regolith.

Debu itu cukup halus untuk lolos melalui celah sempit dan menyebabkan kegagalan mekanis.

Baca juga: Mengapa Mars Disebut Planet Mati?

Kegagalan ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mesin eksplorasi yang mahal dan bisa membuat seluruh misi bahkan nyawa para penjelajah luar angkasa menjadi terancam.

Keberadaan air

Lunar Prospector dan Clementine Probe mengisyaratkan bahwa Bulan menyimpan kandungan air sekitar miliaran metrik ton.

Kandungan air dingin itu memadat di bawah lapisan tebal debu dan es.

Air itu bisa dikonsumsi, dicampur dengan makanan, bahkan bisa menjadi perantara sanitasi. Air juga dapat dipecah menjadi komponen-komponen penyusunnya untuk mengekstraksi oksigen untuk bernapas.

Meskipun demikian, para ilmuwan masih ragu mengenai keberadaan air di bulan. Bukti yang dikumpulkan oleh misi tidak pernah terwujud.

Setelah mendeteksi hidrogen di dekat kutub, Lunar Prospector diprogram untuk dengan sengaja menukik ke kawah kutub selatan di akhir misinya dengan harapan setelah tumbukan akan mengeluarkan banyak air. Tetapi, hal seperti itu tidak terjadi.

Pada akhirnya Bulan adalah tempat yang dingin, keras, tandus, dan berbahaya untuk ditinggali.

Baca juga: Perseverance NASA Berhasil Membuat Oksigen di Mars

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com