Dasar rawa ini berlumpur hingga lebih dari 0,5 m. Di bawah lumpur rawa tersimpan rapat endapan pasir Tsunami Krakatau 1883 dengan ketebalan hingga 50 cm yang mengandung lapisan batu apung Gunung Krakatau.
Baca juga: Mengenang Letusan Krakatau 1883 dan Upaya Mitigasi di Selat Sunda
Rawa ini biasanya ditutupi air hingga menjelang bulan Agustus dan mengering hingga musim hujan berikutnya. Ketika rawa ini penuh air, kedalamannya hampir 1 m.
Berbagai jenis ikan dan kepiting berkembang biak di dalamnya. Cangkang-cangkang tiram terlihat memenuhi permukaan bongkah-bongkah koral yang terendam air. Ikan-ikan di dalam rawa ini diburu dan menjadi sumber pangan bagi warga lokal.
Warga sekitar rawa terlihat menangkap ikan menggunakan jala yang dibentangkan.
Keberadaan Rawa Gribig, mangrove dan bongkah-bongkah koral di dalamnya perlu dijaga kelestariannya, dikembangkan dan dipromosikan sebagai obyek wisata dark tourism oleh pengelola KEK Tanjung Lesung.
Obyek ini akan menjadi monumen untuk peristiwa tsunami Krakatau 1883 sekaligus pengingat masih adanya ancaman laten serupa di masa datang. Ini penting mengingat obyek serupa di tempat-tempat lain tak lagi tersisa.
Jika bongkah-bongkah koral di Rawa Gribig ini dibiarkan lenyap, kedasyatan tsunami Krakatau hanya akan dikenang sebagai cerita tanpa fakta.
Eko Yulianto
Peneliti Utama - Pusat Riset Kebencanaan Geologi
BRIN