Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Atmosfer Saturnus Menyimpan Jejak Badai Dahsyat Kuno

Kompas.com - 22/08/2023, 12:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Bukan cuma Jupiter yang punya badai di lapisan atmosfernya, Saturnus juga mempunyainya.

Bahkan, dalam sebuah studi atmosfer Saturnus terungkap jejak badai dahsyat kuno di langit planet bercincin ini selama berabad-abad.

Dilansir dari Science Alert, Selasa (22/8/2023), dalam studi yang dilakukan tim astronom yang dipimpin Cheng Li dari University of Michigan, menemukan planet Saturnus memiliki badai dahsyat yang bisa berlangsung selama berabad-abad.

Kuatnya megastorm Saturnus ini, bahkan meninggalkan bekas luka di atmosfer planet raksasa bercincin tersebut yang bisa bertahan sangat lama.

Berdasarkan studi analisis gelombang radio yang dipancarkan Planet Saturnus, tim astronom berhasil mengungkap, jejak atau tanda yang bertahan lama yang ditinggalkan badai dahsyat Saturnus.

Tak hanya itu, Li juga menemukan badai khatulistiwa yang terjadi ratusan tahun lalu di Saturnus.

Menurutnya, temuan tersebut memberikan wawasan yang menarik tentang dinamika Saturnus, serta dapat membantu ilmuwan mengetahui penyebab badai raksasa yang terjadi setiap beberapa dekade.

Baca juga: Studi Ungkap AI Bisa Timbulkan Miskonsepsi yang Berbahaya

"Dengan memahami mekanisme badai terbesar (di atmosfer Saturnus) di Tata Surya dapat menempatkan teori badai ke dalam konteks kosmik yang lebih luas, menantang pengetahuan kita saat ini dan mendorong batas-batas meteorologi terestrial," ungkap Li.

Pengamatan atmosfer Saturnus

Saturnus memiliki sistem cincin yang sangat luar biasa, namun ketika dilihat dalam panjang gelombang optik murni, maka planet ini terlihat suram dan berwarna krem.

Kendati demikian, dalam cahaya radio, serangkaian pita atmosfer yang sangat kontras bisa dilihat melingkari seluruh planet.

Hal itu disebabkan oleh amonia yang menghalangi cahaya radio, sehingga perspektif yang mencolok itu pun memberi para astronom cara untuk memetakan amonia di atmosfer Planet Saturnus.

Dalam studi pengamatan atmosfer Saturnus ini, Li dan timnya menggunakan Very Large Array milik National Radio Astronomy Observatory.

Mereka pun mengamati secara detail atmosfer Saturnus dan menggunakan perangkat tersebut untuk mempelajari distribusi amonia di atmosfernya.

Baca juga: Studi Ungkap Aroma Wangi Saat Tidur Bisa Mencegah Demensia

Potret terbaru Planet Saturnus dari teleskop Hubble(NASA/ESA, A. Simon/GSFC/M.H. Wong/University of California, Berkeley/OPAL Team) Potret terbaru Planet Saturnus dari teleskop Hubble

Sebagian besar atmosfer Saturnus terdiri dari hidrogen dan helium, dengan sedikit air, methana, dan amonia. Akan tetapi, amonia lebih mendominasi lapisan atas awan.

Pengamatan teleskop radio ini pun memungkinkan para peneliti menyelidiki lapisan di bawah lapisan atas untuk mengetahui apa yang ada di bawahnya. Dari sini lah, para astronom ini pun menemukan hal yang aneh.

"Pengamatan di bawah lapisan awan ini diperlukan untuk membatasi komposisi atmosfer planet yang sebenarnya, sebuah parameter kunci untuk model pembentukan planet," imbuh astronom Imke de Pater dari University of California Berkeley.

Lebih lanjut ia mengatakan, pengamatan radio dapat membantu mengkarakteristik proses-proses dinamis, fisika dan kimia, termasuk aliran panas, pembentukan awan serta konveksi di atmosfer planet-planet raksasa, baik dalam skala global mau pun lokal.

Tim Li akhirnya menemukan amonia di lapisan awan teratas Saturnus, namun mereka juga menemukan konsentrasi amonia yang tidak normal, 100 sampai 200 Km di dalam atmosfer. Daerah ketinggian menengah di antara keduanya relatif bebas amonia.

Baca juga: Studi Ungkap Buaya Bisa Bergerak Cepat karena Tangisan Bayi

Amonia jejak badai dahsyat Saturnus

Menurut analisis tim, megastorm atau badai dahsyat Saturnus ini muncul setiap 28-30 tahun di planet bercincin itu, dan mengendapkan amonia lebih dalam di atmosfer, yang mana amonia menguap dan diangkut kembali ke atas awan.

Oleh karenanya, peneliti menyimpulkan bahwa konsentrasi amonia yang sangat dalam itu merupakan rekaman jejak badai dahsyat kuno yang dapat bertahan selama ratusan tahun, setelah badai itu sendiri menghilang.

Anomali itu pun berhasil dilacak peneliti, dan mereka juga mengidentifikasi keenam megastorm yang tercatat pernah menghantam Saturnus sejak tahun 1876.

Peneliti juga menemukan anomali yang diyakini sebagai pertanda adanya badai dahsyat yang lebih tua lagi.

Analisis studi ini juga berhasil memperkirakan kapan badai dahsyat Saturnus kembali terjadi, yakni pada 10 tahun atau 20 tahun lagi.

Studi temuan badai dahsyat kuno di atmosfer Saturnus ini pun telah dipublikasikan di jurnal Science Advances.

Baca juga: Studi Ungkap Gajah Makan Makanan yang Bervariasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com