Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Waktu Tidur Manusia Lebih Sedikit dari Primata Lain?

Kompas.com - 06/08/2023, 12:35 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Manusia dewasa membutuhkan tidur sekitar 8 jam setiap malam untuk mendapatkan kondisi kesehatan yang optimal.

Waktu tidur itu ternyata terbilang sedikit bila dibandingkan dengan kerabata primata manusia. Misalnya kerabat terdekat manusia, simpanse tidur sekitar 9 jam.

Baca juga: Bagaimana Tidur Bisa Memengaruhi Berat Badan?

Sementara monyet malam bergaris tiga, tidur hingga 17 jam setiap harinya.

Jadi mengapa manusia tidur lebih sedikit daripada primata lainnya?

Waktu tidur yang lebih singkat

Mengutip Science ABC, Sabtu (5/8/2023) peneliti berpikir bahwa pola tidur manusia berubah ketika kita berpindah dari tidur di pohon menjadi tidur di tanah.

Primata nenek moyang kita kemungkinan arboreal (menghabiskan waktu hidup di pohon), dan akan tidur di lubang pohon untuk menghindari pemangsa.

Seiring waktu, primata menjadi lebih besar dan mencapai titik di mana tidur di lubang pohon tidak lagi menjadi pilihan yang layak.

Transisi dari pohon ke tanah merupakan langkah yang berisiko bagi primata purba. Tidur di tanah itu berbahaya. Manusia adalah satu-satunya primata yang tidur di tanah (dengan pengecualian simpanse dan gorila jantan, di mana ancaman pemangsaan rendah).

Untuk menjelaskan bagaimana manusia mengatasi risiko ini, peneliti mengajukan “hipotesis tidur sosial”.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika Tidak Cukup Tidur?

Gagasan ini menunjukkan bahwa manusia purba membentuk kelompok sosio-teknologi yang memungkinkan mereka memiliki waktu tidur yang pendek dan berkualitas tinggi.

Penggunaan api dan tempat tinggal yang terlindung semakin menjamin kondisi tidur untuk tidur yang lebih nyenyak.

Alasan lain mengapa manusia tidur lebih sedikit dari primata lain berkaitan dengan jenis tidur yang kita dapatkan.

Manusia menghabiskan lebih banyak waktu dalam tidur REM daripada primata lainnya.

Manusia menghabiskan sekitar 20-25 persen waktu tidurnya dalam tidur REM, sementara primata seperti lemur tikus dan monyet hijau Afrika hampir tidak menghabiskan 5 persen waktu tidurnya dalam siklus REM.

Semakin banyak waktu yang dihabiskan hewan dalam tidur REM, semakin cepat mereka menyelesaikan kuota tidur yang dibutuhkan.

Pergeseran evolusioner dalam lingkungan tidur manusia (pohon ke tanah) menurut peneliti juga memungkinkan kualitas tidur meningkat.

Kualitas tidur yang tinggi dan peningkatan waktu aktivitas menjadi alasan mengapa manusia kemudian memiliki keunggulan kognitif dan perilaku.

Baca juga: Apa Efek Tidak Tidur Selama 24 Jam?

Kurang tidur karena industrialisasi dan listrik?

Tarsius, primata mungil yang menghuni Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, salah satu maskot yang harus dijaga kelestariannya oleh warga dan Pengelola Taman Nasional. KOMPAS.COM/IDHAM ALI Tarsius, primata mungil yang menghuni Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, salah satu maskot yang harus dijaga kelestariannya oleh warga dan Pengelola Taman Nasional.

Beberapa ahli berpendapat bahwa sebelum ditemukan listrik, manusia tidur lebih lama karena siklus tidur disinkronkan dengan sinar matahari.

Matahari terbenam menunjukkan waktu tidur.

Tetapi saat industrialisasi melanda umat manusia dan bola lampu memungkinkan untuk tetap aktif bahkan di kegelapan malam, manusia mulai menghabiskan lebih sedikit waktu untuk tidur.

Namun, penelitian terbaru berpendapat sebaliknya.

Sebuah tim peneliti mempelajari pola tidur tiga masyarakat pra-industri dari Tanzania, Namibia, dan Bolivia.

Yang mengejutkan, mereka menemukan bahwa kelompok ini tidur rata-rata 6,4 jam, yang hampir identik dengan durasi tidur populasi industri.

Studi lain yang dilakukan pada masyarakat Haiti mengungkapkan bahwa mereka juga tidur rata-rata selama 7 jam.

Ini menunjukkan bahwa penemuan listrik dan penemuan teknologi berikutnya memiliki pengaruh yang sangat kecil pada durasi tidur kita secara umum.

Baca juga: Apakah Ada Hewan yang Tidak Tidur Sama Sekali?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com