KOMPAS.com - Gladiator adalah permainan dengan kekerasan yang diadakan di sebuah arena dan menjadi tontonan umum bangsa Romawi.
Di arena tersebut para peserta yang menjadi gladiator yang terlatih akan bertarung satu sama lain sampai mati.
Seperti dikutip dari Science ABC, Senin (20/3/2023) permainan bangsa Romawi ini sebenarnya merupakan ritual pemakaman untuk mengirim jiwa-jiwa yang pergi dengan para pejuang bersenjata.
Ini menjelaskan permainan pertarungan yang diakhiri dengan kematian karena persembahan darah diyakini dapat menyenangkan arwah orang yang sudah meninggal.
Namun pada prakteknya, gladiator justru menjadi ajang politik yang digunakan untuk menghormati orang yang masih hidup.
Baca juga: Arena Gladiator Zaman Romawi Ditemukan di Turki
Contohnya saja yang terjadi pada Julius Caesar. Ia memperingati kematian ayahnya dengan menjadi tuan rumah pertandingan gladiator yang melibatkan 320 gladiator.
Ia menunjukkan kekuatannya lagi dengan menyelenggarakan lebih banyak permainan ketika putrinya, Julia meninggal saat melahirkan, bahkan tentaranya sendiri terbunuh di arena.
Unjuk kekuasaan pun juga terjadi pada saat Kaisar Claudiu memerintahkan agar tenggorakan para gladiator yang mati digorok karena ingin melihat ekspresi wajahnya.
Seseorang yang menjadi gladiator akan bertarung satu sama lain atau dengan hewan eksotis sampai mati di arena.
Selain petarung profesional, orang-orang yang berpatisipasi sebagai gladiator juga merupakan tawanan perang, budak, dan penjahat. Itu dilakukan sebagai bentuk eksekusi publik. Jika menang, maka mereka bisa hidup.
Baca juga: Arena Gladiator Romawi Terakhir yang Pernah Dibangun Ditemukan di Swiss
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.