Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Timothy Keanu
-

Bachelor of Engineering, Major in Bioprocess Engineering

Pemanfaatan Pola Agroforestri

Kompas.com - 21/12/2022, 16:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUSTAINABLE Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Bekelanjutan (TPB) adalah suatu bentuk persetujuan untuk mencapai sasaran global dari 2016 hingga 2030.

TPB/SDGs bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat secara lestari, menjaga kehidupan sosial masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan pembangunan yang menyeluruh serta terlaksananya tata kelola yang meningkatkan kualitas kehidupan antargenerasi masyarakat.

Terdapat 17 poin utama yang telah disepakati pada dokumen persetujuan SDGs. Pada pelaksanaan penerapan poin SDGs, banyak sektor yang turut melakukan aksi nyata untuk mencapai sebagian 17 tujuan tersebut.

Salah satu sektor yang punya andil besar dan baru-baru ini ditetapkan sebagai peringkat pertama Indonesia’s SDGs Action Awards 2022 kategori kementerian/lembaga merupakan sektor kehutanan, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Beberapa aksi nyata yang dilakukan oleh KLHK, yaitu perhutanan sosial untuk pengentasan kemiskinan, program kampung iklim sebagai aksi para pihak dalam penanganan perubahan iklim, dan sistem monitoring hutan nasional (SIMONTANA) sebagai instrumen pencapaian ekosistem daratan berkelanjutan.

Tidak hanya di tingkat kementerian atau lembaga, kita sebagai masyarakat dapat melakukan aksi nyata pada tingkat tapak terkhususnya pada sektor kehutanan.

Salah satu bentuk nyata yang dapat dilakukan berupa pemanfaatan lahan secara intensif dengan pola agroforestri.

Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan yang menggabungkan tanaman berkayu dengan tanaman pertanian dan/atau hewan perternakan pada suatu lahan yang sama untuk meningkatkan fungsi ekologi, ekonomi, dan interaksi antar spesies di dalamnya (Lundgren dan Raintree, 1982 dalam Sobola dkk, 2015).

Bentuk penerapan agroforestri dapat dibagi lagi menjadi beberepa jenis, seperti agroforestri pada hutan tanaman jati atau yang lebih dikenal dengan Taungya, Improved Fallow, Live fence, Home Garden, Alley Farming, Shelterbelts, dan Agrosilvopastoral ( Sobola dkk, 2015).

Dari berbagai bentuk tersebut, bentuk yang paling mudah kita laksanakan pada tingkat tapak adalah Home Garden atau Kebun Rumah.

Sistem kebun rumah merupakan sistem agroforestri yang dilakukan pada perkarangan rumah dengan menanam tanaman berkayu dan tanaman pertanian secara bersamaan dan tetap memperhatikan faktor iklim, tanah, dan budaya.

Bentuk nyata yang telah dilakukan dari penerapan Home Garden dapat kita lihat pada daerah Sulawesi Selatan.

Pada daerah tersebut, masyarakat setempat menanam 47 tanaman berkayu seperti kemiri (Aleurites moluccana), durian (Durio Zhibetinus), rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus heterophyllum), kopi (Coffea robusta), kakao (Theobroma cacao), cengkeh (Syzigium aromaticum) dan berbagai macam tanaman berkayu lainnya yang diseling dengan tanaman pertanian.

Pemanfaatan lahan tersebut nantinya akan menghasilkan biodiversitas yang bagus. Terbukti dengan bentuk pemanfaatan tersebut menghasilkan empat strata tajuk, tajuk paling atas diisi tanaman berkayu intoleran, disusul dengan tanaman berkayu toleran, lalu tanaman pertanian, dan sisanya merupakan herba dan perdu (Paembonan dkk, 2018).

Paparan tadi merupakan bentuk nyata dari penerapan sistem agroforestri, khususnya Home Garden.

Lantas, apa yang bisa kita tiru dan lakukan, cara paling mudah adalah memanfaatkan lahan pada perkarangan rumah untuk menaman tanaman berkayu diselingi dengan tanaman pertanian, seperti cabai, tomat, kentang, dan sayur-sayuran.

Memang hal itu membutuhkan waktunya yang lama. Namun, melakukan hal tersebut adalah aksi nyata.

Tidak hanya untuk skala perumahan, pada bidang perternakan, masyarakat yang memiliki hewan ternak dapat menggembalakan ternaknya di suatu areal berhutan tanpa perlu sibuk mencari pakan tambahan.

Hal ini nantinya akan memengaruhi ekosistem hutan dan perekenomian masyarakat tersebut, walaupun kita juga harus tetap memperhatikan kondisi hutan yang digunakan.

Lebih lanjut, pada masyarakat sekitar hutan dapat memanfaatkan areal hutan di sekitar mereka sebagai lahan pertanian tanpa mengganggu ekosistem hutan tersebut.

Penerapan pola agroforestri nantinya akan sesuai dengan beberapa poin SDGs, yaitu poin pertama, poin ketiga belas, dan poin kelima belas.

Pada poin pertama, tanpa kemiskinan, penerapan sistem agroforestri tentu akan meningkatkan sumber pendapatan masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan.

Seperti yang kita tahu, kebanyakan masyarakat sekitar hutan hidupnya kurang sejahtera. Dengan adanya sistem agroforestri membuat masyarakat dapat memanfaatkan suatu areal secara intensif, sehingga masyarakat mendapatkan pemasukan bulanan dari tanaman pertanian, dan pemasukan tahunan dari tanaman berkayu.

Masyarakat yang memiliki ternak juga dapat melakukan perkerjaan lain tanpa perlu mencari pakan bagi hewan ternaknya.

Selanjutnya poin ketiga belas, penanganan perubahan iklim. Pada poin ini, sistem agroforestri nantinya akan membantu menangani perubahan iklim melalui tanaman berkayu yang memiliki multi strata.

Dengan banyaknya tutupan vegetasi yang ada, tentu akan membantu dalam menangani polutan di udara sembari mengurangi efek rumah kaca dari gas karbon dioksida di atmosfer.

Terakhir adalah poin kelima belas, keberlangsungan ekosistem. Dengan pemanfataan suatu areal menggunakan sistem agroforestri, nantinya akan meningkatkan biodiversitas pada suatu wilayah.

Peningkatan biodiversitas ini akan berefek terhadap kelestarian dan keberlangsungan ekosistem hutan.

Penerapan pola agroforestri bukanlah hal yang mudah, masih banyak masyarakat yang enggan untuk menerapkan pola ini karena berbagai mitos yang ada.

Akan tetapi, kita sebagai masyarakat yang paham harus melakukan aksi nyata dan memberikan pemahaman terhadap masyarakat sekitar kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com