Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dewi Purnamasari
Karyawan Swasta

Mahasiswi Magister Sains Ubaya

"Untold: The Girlfriend Who Didn't Exist", Dinamika Perilaku "Catfishing"

Kompas.com - 15/12/2022, 07:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kondisi ini mungkin terdengar masih masuk akal bagi sebagian orang yang memang benar-benar mengalaminya. Namun berbeda jika mereka sampai tidak mau diajak untuk melakukan panggilan videocall.

Ciri-ciri perilaku catfishing adalah ketika seseorang yang sudah lama menjalani komunikasi cukup intens dan kemudian memutuskan menjadi sepasang kekasih di dunia maya, namun salah satu pihak tidak pernah mau diajak bertemu, bertatap muka secara langsung, maupun menerima panggilan berupa videocall.

Padalah sebenarnya, pelaku tidak mau identitas dirinya yang sesungguhnya terbongkar.

Pascaberita pacar fiktif Manti menyebar, apa yang terjadi berikutnya tak kalah mengejutkan. Manti mendengar berita mengenai sosok di balik Lennay yang menjadi headline news, "Ronaiah adalah pemilik akun Lennay Kekua".

Bagai disambar petir siang bolong, seperti terkena Prank, Manti sangat shock, seakan tak percaya apa yang baru saja ia alami.

Manti mengenal sosok Ronaiah dan pernah bertemu secara langsung ketika mengaku sebagai sepupu Lennay.

Ronaiah merupakan seorang remaja laki-laki yang mulai beranjak dewasa. Pada saat ia diwawancarai seorang pembaca berita dan ditanya alasan atau motivasi melakukan kebohongan dengan membuat akun palsu dengan menyamar sebagai seorang wanita cantik, ia mengaku karena orientasi seksual.

Pada suatu wawancara ketika Ronaiah ditanya apakah dia menyukai Manti? Ia menjawab dengan malu-malu, "iya, aku sangat menyukainya, aku sungguh menyanyangi Manti".

Ronaiah mengidolakan pria yang dia anggap sebagai sosok yang mampu memenuhi kebutuhan dia selama ini.

Menurut Maslow dalam bukunya “A Theory of Human Motivation" (1943), pemenuhan kebutuhan ini mencakup dorongan rasa dibutuhkan orang lain, kebutuhan untuk dicintai, memiliki pasangan, bersosialisasi di masyarakat, dan sebagainya.

Ronaiah merasa sangat bahagia ketika ia bisa menjalin hubungan romantis dengan seorang pria dengan berperan menjadi sosok wanita cantik dan pintar bernama Lennay.

Meskipun itu semua hanya ada di dunia maya. Hal ini pula yang mendorong Ronaiah untuk menciptakan identitas baru agar dapat menerima kasih sayang dari orang lain (Maslow, 1943).

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Karen Horney (1942) mengenai kebutuhan neurotic pada diri manusia, salah satunya The Need for affection and The Need for partner.

Kebutuhan ini meliputi rasa atau gairah ingin disukai atau dicintai, serta keinginan untuk membahagiakan orang lain, dan bersedia melakukan apapun sesuai yang diharapkan orang yang ia cintai.

Sementara itu, Ronaiah dibesarkan dalam pola asuh keluarga yang berpusat pada ajaran Kristiani yang penuh ketaatan serta pecinta football.

Hampir semua keluarga besar dia aktif di berbagai kegiatan olahraga. Hal ini secara tidak langsung memaksa dia untuk bertumbuh menjadi sosok pria maskulin.

Selama kecil hingga remaja, Ronaiah hidup dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya ia inginkan. Ia berujar,“I hate football" dan “Saya hanya ingin bermain untuk menunjukkan kepatuhan saya kepada orangtua dan saya hanya ingin membahagiakan Ayah saya.”

Namun di sisi lain, Ronaiah memiliki ketakutan untuk mengungkapkan jati diri dia yang sebenarnya (The Real Self).

Dia mengungkapkan bahwa dirinya yang terlahir secara biologis sebagai seorang pria, tidak akan mungkin bisa menjadi atau menjalani hidup seperti karakter yang dia inginkan, yakni sosok feminim nan cantik seperti karakter Lennay (The ideal self).

Oleh karena itu, kemudian dia berpikir bagaimana bisa memiliki pengalaman dalam kehidupan sebagai seorang wanita, sekalipun itu palsu yang akhirnya menuntun dia menciptakan karakter fiksi bernama Lennay.

Sejak kecil Ronaiah diajarkan untuk selalu mematuhi aturan yang berlaku dan sesuai dengan ajaran Kristiani serta norma sosial yang berlaku di masyarakat. Dia ‘dipaksa’ untuk menjadi sosok atau karakter yang bukan sejatinya dia.

Sehingga membuat Ronaiah bertumbuh menjadi individu yang tidak realistis dalam melihat kenyataan. Oleh karena the real self dianggap sebuah aib yang mengancam oleh Ronaiah, sehingga dia tekan (suppressed) itu semua.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Roger bahwa diri seseorang berkembang melalui interaksi dengan orang lain.

Karena dia selama ini tumbuh dan berada pada lingkungan yang sangat bertolak belakang dengan jati diri dia sesungguhnya, berawal dari sanalah yang membuat tidak adanya kesesuaian antara the ideal self dengan the real self pada diri Ronaiah yang kemudian berujung konflik batin. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh oleh Carl Roger (1959) dengan sebutan Incongruence.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com