Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Menyoal Aspek Keberlanjutan Industri Konstruksi di Indonesia, serta Implementasi Analisis Daur Hidup

Kompas.com - 28/09/2022, 09:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Christian Geral Daniel dan Mazmuria Irene Imanuella

Indonesia mulai memasuki masa transisi dari pandemi Covid-19, yang ditandai dengan pelonggaran kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang pada awalnya menjadi tolak ukur kondisi penyebaran virus Covid-19 di seluruh wilayah.

Aktivitas sehari-hari seperti bekerja dan bersekolah sudah mulai berlangsung normal, tanpa ada lagi keharusan mengikuti pembelajaran daring atau bekerja dari rumah, yang mempengaruhi mobilitas masyarakat yang terlihat pada peningkatan operasional transportasi umum, serta penggunaan kendaraan pribadi.

Alhasil, kandungan karbon dioksida di udara meningkat dan membuat Indonesia menduduki peringkat no 1 sebagai negara dengan kualitas udara terburuk di Asia Tenggara.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Juni Lalu Terburuk di Dunia, Apa Penyebabnya?

Bahkan, Jakarta sebagai Ibukota sempat menjadi kota yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia.

Padahal, pada tahun 2019, kondisi pandemi dan pemberlakuan PPKM berhasil membuat kualitas udara menjadi lebih bersih.

Polusi udara bukanlah masalah baru yang Indonesia hadapi. Bahkan, hal ini hanya sebagian kecil dari berbagai masalah polusi dan lingkungan yang dihadapi.

Sektor transportasi menjadi sumber polusi terbesar, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Di sisi lain, pembangunan berbagai macam infrastruktur yang digalakkan saat ini tentunya saling bertautan dengan sektor-sektor lainnya dalam satu rantai pasok (supply chain), serta mempunyai dampak emisi dan limbah yang dapat membahayakan lingkungan, jika tidak dikelola dengan baik.

Sebagai contoh, panjang jalan di Indonesia telah mencapai hampir 550.000 km pada tahun 2021 dengan pertumbuhan sebesar 0.32% dibandingkan tahun sebelumnya dan bahkan bertumbuh hingga lebih dari 50% dalam waktu dua dekade (Dataindonesia.id, 2022; katadata.co.id, 2022).

Belum lagi total pembangunan jalan tol pada periode pemerintahan presiden Joko Widodo yang ditargetkan mencapai 4.761 km pada tahun 2024 (CNBC Indonesia, 2022), walau ternyata belum mampu menampung pertumbuhan jumlah kendaraan yang mencapai 7% berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menimbulkan kemacetan akibat over-capacity.

Hanya saja, penelitian menunjukkan, bahwa proses produksi material aspal dan beton untuk konstruksi jalan saja telah menghasilkan dampak lingkungan, utamanya dalam bentuk emisi karbon dioksida hingga mendekati 0.5 ton/ton produksi aspal, serta hampir 1 ton / ton produksi semen untuk beton (Yang et al. 2014; PBL Netherlands Environmental Assessment Agency, 2018).

Baca juga: Hoaks Covid-19 dan Infodemik, Tantangan Ilmuwan Indonesia Sikapi Konstruksi Anti-Sains

Data Eurobitume pun menunjukkan, dampak yang lebih jauh dimana produksi 1 ton aspal menghasilkan 0.5 kg senyawa organik yang volatil dan mudah terbakar serta 0.3 kg debu berukuran mikro (Particulate Matter – PM) (Eurobitume, 2022).

Ditambah lagi dengan polusi yang berasal dari kontribusi masyarakat dalam aktivitas sehari-hari, misalnya kebiasaan membakar sampah di udara terbuka, konsumsi daging berlebih, menggunakan produk berbahan plastik tanpa melakukan 3R (reuse, reduce, recycle) dan sebagainya.

Selain itu juga kontribusi dari sektor industri lainnya, yang mengonsumsi bahan bakar fosil, serta menghasilkan emisi (Katadata.co.id, 2022); kombinasi semua faktor ini tentu saja tidak sesuai dengan prinsip dan ide keberlanjutan yang bertujuan untuk mencegah kerusakan pada masa mendatang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com