Pada awalnya, dia merancang lensa untuk membantu rekan-rekannya yang berusia tua dan mengalami gangguan penglihatan jarak jauh, agar mereka dapat terus membaca dan mengajar di Oxford.
Pasalnya, banyak dari rekannya itu, yang dipaksa keluar dari pekerjaan karena penglihatan mereka yang buruk.
Kemudian, Bacon mengadaptasi penggunaan kaca pembesar sebagai kacamata primitif, sehingga memungkinkan pengajar dengan penglihatan yang buruk untuk melakukan pekerjaannya.
Penemuan kaca pembesar merupakan cikal bakal mikroskop majemuk, di mana serangkaian lensa digunakan untuk memfokuskan, memperbesar, dan memfokuskan kembali suatu gambar, salah satu alat dasar yang digunakan dalam kedokteran.
Baca juga: Sebelum Ada Kacamata, Biksu Gunakan Batu Kaca
Dilansir dari The New Times, Rabu (17/3/2021), salah satu konsepsi pertama dari sistem perbesaran multi-lensa disebutkan oleh Francastoro dari Verona dalam bukunya Homocentrica tahun 1535.
Ia merinci penggunaan beberapa lensa untuk lebih meningkatkan sifat pembesaran.
Lalu, di tahun 1590 ada kemungkinan bahwa mikroskop majemuk telah dikembangkan. Penemuan itu dikreditkan kepada Zacharias Janssen.
Antony van Leeuwenhoek, kemudian mengembangkan mikroskop lensa tunggal pada akhir tahun 1600-an yang memiliki daya lebih baik daripada mikroskop majemuk.
Sementara pada kaca pembesar lembaran, terdiri dari banyak lensa berbentuk cincin konsentris yang sangat sempit. Kombinasi tersebut berguna sebagai lensa tunggal, yang jauh lebih tipis.
Adapun susunan kaca pembesar ini dikenal sebagai lensa Fresnel, yang dikembangkan oleh seorang fisikawan berkebangsaan Perancis, Augustin-Jean Fresnel untuk diaplikasikan pada mercusuar.
Baca juga: Kaca Mata Hitam Bantu Atasi Sulit Tidur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.