Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Bagaimana Parade 5 Planet Bulan Juni Pengaruhi Rancangan Misi Luar Angkasa?

Kompas.com - 04/07/2022, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Agar posisi planet-planet dan wahana dari waktu ke waktu bisa diprediksi, Flandro membutuhkan perhitungan akurat.

Soal ini, lagi-lagi kita melihat bagaimana terobosan dalam teknik matematika – melalui model matematis – bisa menyelesaikan masalah fisika. Kita pun melihat bagaimana teknologi komputasi membantu mempercepat dan mengakuratkan penghitungan-penghitungan kompleks, besar, dan berulang.

Secara spesifik Flandro memanfaatkan prediksi akurat posisi beberapa planet besar untuk keperluan misi luar angkasa Voyager yang tengah disiapkan saat itu.

Ia mendapatkan prediksi bahwa pada 1977 Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus akan berjajar. Jika Voyager dapat tiba pada posisi-posisi istimewa pada saat yang tepat, maka wahana antariksa ini akan menikmati bantuan gravitasi berupa lontaran ketapel (sling shot) untuk bisa melintasi planet-planet raksasa nun jauh secara praktis dan hemat bahan bakar.

Baca juga: Fenomena Langit Juli 2022: Supermoon hingga 3 Asteroid Dekat Bumi

Jika sukses, perjalanan melintasi Neptunus akan menjadi sesingkat dua belas tahun saja. Masalahnya, posisi berjajar planet-planet besar ini hanya terjadi sekitar 176 tahun sekali.

Jadi, misi Voyager memang benar-benar didorong untuk bisa diluncurkan dan tiba pada posisi-posisi menguntungkan tersebut tepat waktu.

Manfaatnya bagi sains dan misi perdamaian

Selanjutnya adalah cerita yang sudah terkenal tentang misi Voyager.

Pesawat luar angkasa Voyager 2 diluncurkan pada 20 Agustus 1977 dan Voyager 1 pada 15 hari setelahnya. Misi yang kini berusia 45 tahun ini menjadi kepanjangan mata manusia melihat dari dekat planet-planet raksasa. Dua wahana ini bahkan melintasi beberapa bulan (satelit alami) beberapa planet besar itu dari jarak cukup dekat.

Foto-foto detail fitur permukaan planet dan satelitnya yang kita terima di Bumi bukan hanya mempesona pikiran kita, tapi juga memperluas khasanah pertanyaan akan semesta. Banyak orang menilai pemberian Voyager yang paling mengesankan adalah foto yang diambilnya saat ‘menoleh ke belakang’ dan melihat Bumi dari kejauhan.

Bumi yang tampak mungil dan redup pada foto itu, oleh astronom Carl Sagan dijuluki sebagai The Pale Blue Dot. Dia mengajak kita memaknai Bumi sebagai rumah kita semua yang perlu kita hargai dan rawat bersama. Ini menjadi kesempatan refleksi yang luar biasa tentang eksistensi kita di alam semesta.

Voyager juga membawa suvenir dari Bumi untuk semesta berisi pesan salam dan perkenalan tentang Bumi dan kehidupan yang ada padanya, dan tentunya manusia sebagai makhluk berkecerdasan dan berbudaya.

Salah satu suvenir yang dibawa Voyager dari Bumi adalah sejumlah rekaman musik sepanjang 90 menit, salah satunya musik dari gamelan Jawa Gending Ketawang Puspawarna gubahan Mangkunegoro IV. Musik rekaman ini diputar di luar ruang angkasa untuk membawa pesan damai kepada seluruh alam semesta.

Voyager 1 telah meninggalkan heliosphere (ruang pengaruh Matahari) pada 2012, dan Voyager 2 pada 2018.

Sejak itu, keduanya keluar dari Tata Surya dan mulai mengarungi ruang antarbintang yang senyap tapi kaya akan cerita semesta. Wahana ini masih tetap berfungsi dan sesekali pesannya yang halus diterima di Bumi.

Sayangnya, kali ini tidak ada misi luar angkasa dari Amerika atau negara lain seperti misi 1977 yang dilakukan Voyager. Belakangan misi luar angkasa berfokus ke Bulan dan Mars.

Pada 2040 nanti, mungkin waktu yang tepat lagi untuk mengirim misi luar angkasa yang efisien, saat kelima planet ini tampil bersama dalam satu baris di garis khayal titik langit. Semoga.

Premana W. Premadi

Associate Professor, Department of Astronomy & Bosscha Observatory, Institut Teknologi Bandung

Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Bagaimana parade lima planet sepanjang Juni bisa mempengaruhi rancangan misi luar angkasa". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com