Tampaknya, beruang imigran ini telah beradaptasi dengan sangat baik untuk berburu di glacial mélange atau potongan es yang memecah gletser.
Ahli meyakini, kemunculan beruang kutub tersebut menunjukkan populasi lain yang mungkin dapat mengikutinya karena kondisi es laut di daerah lain ikut memburuk.
Para peneliti juga mengidentifikasi lokasi serupa lainnya, di mana kondisi glasial dapat mendukung beruang kutub di Greenland utara dan Svalbard.
Sebagai informasi, populasi di wilayah tenggara terisi sekitar 300 beruang, dan masih sulit untuk menentukan jumlah pastinya.
Kelompok yang baru ditemukan menjadi yang paling beragam secara genetik dari semua 20 populasi di Kutub Utara dan perbandingan genetik menunjukkan beruang ini telah diisolasi dari populasi timur laut selama sekitar 200 tahun.
Baca juga: Ilmuwan Prediksi Beruang Kutub Punah Akhir Abad Ini
Adapun beruang kutub telah terdaftar sebagai hewan yang rentan terhadap kepunahan, dengan masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Saat ini, tersisa sekitar 36.000 beruang di alam liar. Tapi, beberapa penelitian menunjukkan spesies tersebut bisa punah akhir abad ini dikarenakan efek perubahan iklim.
Meskipun menjadi predator darat terbesar di dunia, beruang kutub sebenarnya terdaftar sebagai mamalia laut karena bergantung pada makanan yang sebagian besar terdiri dari anjing laut.
Untuk berburu makanannya, beruang putih mengandalkan es laut sebagai platform untuk mengintai mangsanya dari atas, dan sayangnya kenaikan suhu akibat perubahan iklim mengurangi jumlah es laut yang tersedia, menyusutkan habitat alaminya.
Luasnya es laut bertambah dan berkurang di Kutub Utara, bergantung terhadap musim. Lapisan es terbentuk sementara waktu di permukaan laut selama musim gugur dan mencair saat musim semi.
Baca juga: Mengapa Tak Ada Beruang Kutub di Antartika?