Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Beruang Kutub Tersembunyi di Lokasi yang Mustahil Ditinggali, Studi Jelaskan

Kompas.com - 18/06/2022, 12:02 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan adanya populasi beruang kutub Greenland di lereng curam sekitar fjord, teluk kecil di pesisir pantai panjang dan sempit yang menjadi tempat bertemunya gletser dengan lautan.

Fjord merupakan rumah bagi beruang kutub tenggara yang terletak di tepi selatan Lingkaran Arktik, wilayah ini bebas es laut selama lebih dari 250 tahun.

Tempat ini tampaknya mustahil untuk ditinggali oleh populasi beruang kutub, dikarenakan hampir tidak memiliki platform es laut yang mengambang.

Disebutkan bahwa beruang kutub ini berburu di atas lapisan es glasial yang pecah di teluk tersebut.

Penemuan ini menunjukkan kemungkinan beruang kutub dapat beradaptasi dengan es laut yang menghilang akibat perubahan iklim semakin memburuk. Tapi, ini tidak bisa diartikan untuk seluruh spesies.

“Es gletser dapat membantu sejumlah kecil beruang kutub beratahan hidup lebih lama di bawah pemanasan iklim, tapi itu tidak tersedia untuk sebagian besar beruang kutub,” ujar pemimpin peneliti Kristin Laidre, ilmuwan satwa liar di Pusat Sains Kutub di Universitas Washington seperti dikutip dari Live Science, Jumat (17/6/2022).

Baca juga: Mengapa Tak Ada Beruang Kutub di Antartika?

Terbaru, para ilmuwan telah mengidentifikasi 19 sub populasi beruang kutub Ursus maritimus yang hidup di Lingkaran Arktik.

Salah satu dari populasi beruang ini membentang sepanjang 3.200 kilometer di pantai timur Greenland.

Tapi, saat para peneliti melihat secara mendetail kelompok ini untuk memantau jumlahnya, disadari bahwa beruang sebenarnya terdiri dari dua populasi yang benar-benar terpisah.

Para peneliti menganalisis data pelacakan selama 36 tahun dari beruang yang ditandai dengan kalung GPS, dan ditemukan beruang dari Greenland tenggara tidak melewati garis lintang 64 derajat utara dan beruang dari timur laut tidak melewati garis yang sama ke arah lain.

Pengambilan sampel genetik dari beruang individu menegaskan beruang tenggara berbeda dari tetangga timur lautnya.

“Kami menyajikan bukti pertama untuk kelompok beruang kutub yang berbeda secara genetik dan terisolasi secara fungsional di Greenland tenggara, yang memenuhi kriteria untuk diakui sebagai subpopulasi beruang kutub ke-20 di dunia,” tulis pada peneliti dalam studi yang diterbitkan di Jurnal Science pada 16 Juni lalu.

Dalam studi baru, para peneliti menggunakan data genetik untuk mengidentifikasi dua individu beruang kutub yang bisa menjadi imigran dari populasi timur laut.

Baca juga: Kabar Baik, Ilmuwan Temukan Populasi Beruang Kutub Baru yang Sehat

Ilustrasi beruang kutub. (Shutterstock) Ilustrasi beruang kutub. (Shutterstock)

Tampaknya, beruang imigran ini telah beradaptasi dengan sangat baik untuk berburu di glacial mélange atau potongan es yang memecah gletser.

Ahli meyakini, kemunculan beruang kutub tersebut menunjukkan populasi lain yang mungkin dapat mengikutinya karena kondisi es laut di daerah lain ikut memburuk.

Para peneliti juga mengidentifikasi lokasi serupa lainnya, di mana kondisi glasial dapat mendukung beruang kutub di Greenland utara dan Svalbard.

Sebagai informasi, populasi di wilayah tenggara terisi sekitar 300 beruang, dan masih sulit untuk menentukan jumlah pastinya.

 

Kelompok yang baru ditemukan menjadi yang paling beragam secara genetik dari semua 20 populasi di Kutub Utara dan perbandingan genetik menunjukkan beruang ini telah diisolasi dari populasi timur laut selama sekitar 200 tahun.

Baca juga: Ilmuwan Prediksi Beruang Kutub Punah Akhir Abad Ini

Adapun beruang kutub telah terdaftar sebagai hewan yang rentan terhadap kepunahan, dengan masuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Saat ini, tersisa sekitar 36.000 beruang di alam liar. Tapi, beberapa penelitian menunjukkan spesies tersebut bisa punah akhir abad ini dikarenakan efek perubahan iklim.

Meskipun menjadi predator darat terbesar di dunia, beruang kutub sebenarnya terdaftar sebagai mamalia laut karena bergantung pada makanan yang sebagian besar terdiri dari anjing laut.

Untuk berburu makanannya, beruang putih mengandalkan es laut sebagai platform untuk mengintai mangsanya dari atas, dan sayangnya kenaikan suhu akibat perubahan iklim mengurangi jumlah es laut yang tersedia, menyusutkan habitat alaminya.

Luasnya es laut bertambah dan berkurang di Kutub Utara, bergantung terhadap musim. Lapisan es terbentuk sementara waktu di permukaan laut selama musim gugur dan mencair saat musim semi.

Baca juga: Mengapa Tak Ada Beruang Kutub di Antartika?

Biasanya beruang kutub bertahan hidup antara 100-180 hari tanpa makan karena es laut menghilang selama musim panas.

Namun, suhu yang memanas di Kutub Utara mengartikan es laut mencair lebih cepat dan membeku kemudian, mendorong beruang kutub ke ambang kelaparan.

Seharusnya fjord tidak layak huni untuk beruang kutub, tapi beruang tenggara tampaknya mengelolanya dengan sangat baik.

Para ilmuwan berpikir beruang mengambil keuntungan dari potongan es yang memecah gletser fjord dan masuk ke laut.

Kemungkinan beruang menggunakan lapisan es tawar dengan cara sama seperti menggunakan es laut untuk berburu yang memungkinkannya mencari makan sendiri selama periode panjang saat es laut tidak ada di wilayah tersebut.

Baca juga: Darurat, Invasi 50 Beruang Kutub Memasuki Rusia

“Ini menunjukkan bahwa gletser yang mengakhiri laut dapat berfungsi sebagai perlindungan iklim yang sebelumnya tidak dikenali,” tulis para peneliti.

Selain itu, populasi tenggara juga tidak dekat dengan kehidupan manusia dan diyakini terlalu sulit dijangkau sebagain besar pemburu, menambah keamanan bagi beruang.

Namun kecuraman lereng fjord bisa sangat sulit dilalui beruang kutub, yang dapat membatasi pergerakannya.

Meskipun penelitian ini memberikan secercah harapan bagi beberapa beruang kutub, peneliti bersikeras hal ini tidak membuat perubahan iklim menjadi ancaman bagi predator Arktik.

"Hilangnya es laut Arktik masih menjadi ancaman utama bagi semua beruang kutub. Studi ini tidak mengubah itu,” kata Laidre.

“Es laut akan terus menurun di Kutub Utara, yang akan mengurangi peluang bertahan hidup bagi sebagian besar beruang kutub,” pungkas dia.

Baca juga: Beruang Kutub Alami Bencana Kelaparan karena Pemanasan Global

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com