Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Serviks Bisa Dicegah, Kenapa Kasusnya Masih Tetap Banyak?

Kompas.com - 25/05/2022, 07:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker serviks menjadi salah satu kanker berisiko tinggi bagi perempuan di seluruh dunia -- yang bisa dicegah, tetapi masih banyak hambatannya sampai saat ini, sehingga menyebabkan kasus infeksinya terus terjadi.

Kanker serviks menempati peringkat kedua, sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita perempuan Indonesia dari berbagai jenjang usia.

Selama tahun 2019 hingga 2021, Kementerian Kesehatan mencatat ada sekitar 2,8 juta pasien melakukan skrining kanker serviks.

Baca juga: Kanker Serviks: Gejala dan Waktu yang Tepat untuk Melakukan Skrining

Namun, angka ini dirasa belum cukup dan harus ditingkatkan untuk menurunkan risiko pasien kanker serviks di stadium lanjut.

Pada 2020, WHO mencatat sebanyak 21.003 kasus kematian perempuan di Indonesia karena kanker serviks, yang disebabkan oleh infeksi virus Human Pappilomavirus Genital (HPV).

Penularan dapat terjadi salah satunya melalui hubungan intim, meskipun tanpa gejala, infeksi dapat berlanjut beberapa tahun setelah terpapar virus HPV.

Hambatan mengakhiri kasus infeksi kanker serviks

Meski termasuk jenis kanker yang mematikan, risiko penyakit kanker serviks ini sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan secara terpersonalisasi sejak dini yang didukung inovasi-inovasi dalam skrining kanker serviks yang berkualitas.

Sayangnya, masyarakat masih menemui hambatan dalam melakukan deteksi dini risiko kanker serviks, khususnya di negara-negara ekonomi menengah ke bawah.

Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia, Ahmed Hassan menjelaskan, menurut survei global yang dilakukan, sekitar 60 persen masyarakat global masih menghadapi hambatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Ada banyak sekali alasan yang menghambat pemeriksaan kesehatan rutin itu dilaksanakan, seperti kurangnya informasi, faktor biaya, hingga ketakutan terhadap hasil tes yang positif.

“Hal ini menjadi hambatan-hambatan dalam melakukan deteksi dini suatu penyakit,” kata Ahmed dalam diskusi daring bertajuk “Inovasi Deteksi Dini untuk Meningkatkan Cakupan Skrining Kanker Serviks di Indonesia” pada Kamis (19/5/2022).

Berikut beberapa hambatan penanganan kasus kanker serviks di Indonesia.

1. Kurangnya informasi

Salah satu penyintas kanker serviks, Shanty Eka Permana menjelaskan, keputusan untuk memeriksakan diri tidak mudah.

Permasalahan pertama yang dirasakan oleh penyintas kanker serviks ini adalah minimnya sumber informasi terpercaya.

Dengan minimnya sumber informasi yang akurat dan terpercaya itu, banyak di antara penyintas jadi tidak bisa memahami dan mengerti dengan baik mengenai penyakit kanker serviks.

“Minimnya sumber informasi terpercaya dan mudah dipahami ini, seringkali jadi alasan menunda tes (pemeriksaan kanker serviks),” kata Shanty dalam kesempatan yang sama.

Oleh karena itu, penyebaran informasi dan akses yang lebih luas terhadap kemajuan maupun inovasi deteksi dini kanker serviks menjadi harapan terbesar bagi pasien, dalam memperoleh pengalaman perawatan yang sesuai kebutuhan masing-masing.

Baca juga: 6 Makanan yang Membantu Cegah Kanker Serviks, Apa Saja?

 

2. Ketakutan dengan hasil

Shanty juga menyebutkan, dari berbagai cerita dirinya yang pernah merasakan dan teman-teman seperjuangan penyintas kanker serviks ini, ada masalah lain yang menjadi hambatan bagi mereka yakni ketakutan dengan kemungkinan mendapatkan hasil postif kanker serviks.

“Kita itu mungkin juga banyak yang menunda tes, karena takut kalau-kalau nanti hasil tesnya positif (kanker serviks),” kata dia.

Ketakutan ini muncul dari ketidaksiapan untuk menerima, dan berjuang melakukan pengobatan serta perawatan terhadap penyakit serius ini.

Seperti diketahui, ketakutan akan hasil tes positif terhadap suatu penyakit, tidak hanya berlaku untuk penyakit kanker serviks, tetapi juga berbagai penyakit lainnya.

Ketakutan untuk menerima hasil positif terhadap suatu penyakit, umumnya terjadi sebelum melakukan pemeriksaan medis, dan berakhir menunda deteksi dini, yang akhirnya pasien kerap kali datang saat penyakitnya sudah parah.

Baca juga: Mengenal Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks, Cara Kerja hingga Efek Sampingnya

3. Biaya pengobatan

Setiap jenis penyakit kanker memiliki risiko biaya pengobatan yang relatif tinggi, tetapi tergantung pada tingkat kanker stadium yang diderita oleh pasien.

Selain itu juga menyesuaikan di mana pasien tersebut dirawat, prosedur terapi seperti apa yang diberikan kepada pasien, obat-obatan yang harus dikonsumsi atau diinjeksikan kepada pasien, serta berapa lama pasien membutuhkan perawatan.

Seperti yang diketahui, semakin tinggi tingkat stadium kanker yang diderita seseorang, akan membuat beban biaya pengobatan yang lebih tinggi.

Hal ini berhubungan dengan tingkat keganasan sel kanker, yang mengancam nyawa pasien.

Terlebih lagi, pengobatan kanker biasanya akan berlangsung seumur hidup, meskipun kontrol penyakit atau tindakan prosedur terapinya bisa berkurang sesuai dengan kondisi kesehatan pasien yang membaik.

Oleh karena itu, pemeriksaan fisik melalui deteksi dini adalah hal yang paling baik untuk dilakukan untuk menghindari peristiwa-peristiwa yang bisa dicegah ini.

Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof Dr dr Andrijono, Sp.OG(K)-Onk mengatakan, pemeriksaan fisik melalui deteksi dini yang inovatif hingga penanganan infeksi virus HPV untuk mencegah penularan, perlu diinformasikan secara berkala agar kesadaran masyarakat semakin meningkat.

Andrijono menjelaskan, kanker serviks ini seharusnya sudah bisa diupayakan untuk eliminasi kasus infeksinya, karena merupakan satu-satunya jenis kanker yang sudah sangat jelas diketahui apa penyebab utamanya dan sudah ada vaksin yang bisa digunakan untuk mencegahnya.

“Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada kanker serviks,” ujarnya.

Baca juga: Ciri-ciri Kanker Serviks Stadium Awal dan Lanjut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com