KOMPAS.com - Katarak adalah salah satu gangguan penglihatan pada mata, yang banyak dialami orang di atas usia 50 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sebanyak 94 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan yang disebabkan oleh katarak.
Ternyata, katarak merupakan penyakit yang bisa disertai dengan gangguan mata lainnya seperti astigmatisme atau mata silinder.
Baca juga: Kasus Katarak, Indonesia Tempati Peringkat Pertama di Asia Tenggara
Spesialis Mata Konsultan Bedah Katarak & Refraktif JEC sekaligus Direktur Utama RS Mata JEC Kedoya, Dr dr Setiyo Budi Riyanto, SpM(K), menyebut jumlah pasien katarak disertai astigmatisme di Indonesia ada sekitar 48 persen, dengan silinder di atas 1.00 dioptri.
Pengobatannya sendiri mengharuskan pasien untuk dioperasi, lantaran belum ada obat yang dapat menyembuhkan katarak.
"Individu dengan katarak harus segera ditangani dengan melakukan tindakan operasi yang mudah, efisien, dengan harga terjangkau yang tersedia di seluruh sentra kesehatan mata di Indonesia," ujarnya dalam webinar, Senin (23/5/2022).
"Sehingga, mereka dapat kembali menikmati penglihatannya secara optimal," sambungnya.
Dijelaskan Setiyo, tindakan operasi katarak kerap dilakukan dengan melakukan ekstraksi lensa menggunakan mesin fakoemulsifikasi, dan mengimplantasi lensa intraokular atau intraocular lens (IOL).
Saat ini, teknologi terbaru seperti callisto eye mampu memberikan panduan gambaran (image guided) dalam pemasangan, maupun implantasi IOL torik penderita katarak yang disertai astigmatisme.
Sayangnya, dikarenakan harga instrumen image guided system sangat mahal, maka ketersediaan instrumen tersebut cukup terbatas, untuk dimiliki oleh fasilitas kesehatan di Indonesia.
Sehingga, penanganan pasien katarak dengan gangguan refraksi astigmatisme dinilai belum optimal.
Oleh karena itu, Setiyo melakukan studi terkait dengan penanganan penyakit katarak dan gangguan refraksi astigmatisme, dengan menggunakan perumusan teknik baru.
Adapun teknik itu disebut implantasi IOL torik dengan metode biomikroskopi slit lamp, yang biasanya digunakan dokter spesialis mata.
"Jadi ada gangguan kacamata, ada gangguan silinder kita koreksi dengan lensa torik supaya sesudah operasi katarak, kataraknya hilang. Gangguan kacamatanya sekalian kita koreksi pakai lensa silinder, sehingga kita harapkan setelah operasi katarak tidak tergantung dengan kacamata," tutur Setiyo.
Baca juga: Mengenal Katarak, Faktor Risiko, dan Penanganannya