Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Panas India Pecahkan Rekor, Suhunya Capai Lebih dari 49 Derajat Celsius

Kompas.com - 20/05/2022, 19:03 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

 

Para ilmuwan menyebut, kondisi seperti itu kemungkinan akan terjadi setiap tiga tahun sekali.

Mereka juga mengaitkan pemanasan global dengan cuaca ekstrem, yang menunjukkan bahwa dampaknya akan merusak kehidupan di seluruh dunia. Terutama dengan adanya peningkatan suhu 1,1 derajat Celsius di atas suhu rata-rata global.

Studi lain yang dirilis pada Rabu lalu, menemukan curah hujan ekstrem yang melanda Jepang selama Topan Hagibis pada tahun 2019, turut meningkatkan kemungkinan pemanasan global hingga 67 persen.

Tak hanya itu saja, krisis iklim yang disebabkan manusia juga menyebabkan kerusakan senilai 4 miliar US dolar.

Di sisi lain, Badan PBB melaporkan indikator global untuk krisis iklim telah pecahkan rekor tertinggi di tahun 2021.

Baca juga: Apa Itu Gelombang Panas dan Dampaknya terhadap Kesehatan

PBB menyebut indikasi itu dilihat dari naiknya permukaan air laut, hingga tingkat emisi yang memerangkap panas di atmosfer.

"(Laporan keadaan iklim) ini adalah bukti suram kegagalan umat manusia untuk mengatasi gangguan iklim. Bahan bakar fosil, lingkungan, dan ekonomi, menemui jalan buntu," kata Sekertaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.

Analisis lainnya menunjukkan, banjir besar di Afrika Selatan dan Eropa, gelombang panas di Amerika Utara dan badai di Afrika tenggara juga dipicu oleh krisis iklim.

Dijelaskan peneliti di Imperial College London, Dr Friederike Otto, dampak negatif dari pembakaran bahan bakar fosil yang berkelanjutan sudah terbukti dan dapat dirasakan di negara-negara maju seperti Jepang. 

“Kecuali dunia secara drastis mengurangi penggunaan minyak, gas dan batu bara, dampak perubahan iklim yang disebabkan manusia akan terus memburuk," ungkapnya.

Baca juga: Cuaca Panas Terik di Indonesia Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com