KOMPAS.com - Penelitian baru mengungkapkan bahwa pergaulan sosial berpengaruh pada pembentukan "kosakata" pada kera. Sama yang terjadi pada manusia.
Penelitian yang dipimpin oleh University of Warwick, Inggris, ini membuktikan bahwa orangutan liar menunjukkan vokal yang berbeda tergantung dari kelompok sosial di mana orangutan itu hidup dan berkomunikasi.
Temuan ini didapat setelah peneliti melakukan pengamatan dan hidup berdampingan dengan komunitas orangutan di Kalimantan dan Sumatera.
Seperti dikutip Phys, Rabu (30/3/2022), dalam studi yang dipimpin oleh Dr. Adriano R. Lameira, tim peneliti merekam panggilan sekitar 70 individu orangutan di enam populasi.
Pada populasi yang bersosialisasi secara intens dan memiliki kepadatan tinggi, orangutan diketahui berkomunikasi menggunakan berbagai macam panggilan asli, mencoba banyak varian suara baru yang terus dimodifikasi atau dihilangkan.
Sebaliknya, orangutan yang tinggal di populasi yang lebih jarang dan kepadatannya lebih rendah. Spesies kera ini juga menyukai panggilan konvensional yang lebih mapan.
Baca juga: Dua Juta Tahun Lalu Kerabat Manusia Memanjat seperti Kera dan Berjalan Tegak
Sementara pada kelompok orangutan yang tinggal menyebar, kawanan kera ini tidak bereksperimen dengan sejumlah panggilan baru.
Namun, ketika mereka menggunakan varian panggilan baru, mereka tetap memakainya sehingga repertoar panggilan mereka lebih kaya daripada orangutan dalam populasi kepadatan tinggi yang terus-menerus membuang varian panggilan baru.
Temuan ini pun dapat menjadi petunjuk mengenai evolusi bahasa pada manusia. Peneliti menyebut jika komunikasi panggilan orangutan dibentuk secara sosial, maka hal ini juga mungkin terjadi pada nenek moyang manusia yang mirip kera.
"Kera besar, baik di alam liar maupun penangkaran, akhirnya membantu kita memecahkan salah satu teka-teki terlama dalam sains, yakni asal-usul dan evolusi bahasa," kata Dr. Adriano R. Lameira, penulis utama studi.
Masih banyak lagi petunjuk untuk memecahkan berbagai teka-teki lainnya selama kita berhasil menjamin kelestarian mereka di alam liar.
"Setiap populasi yang menghilang akan membawa serta kilasan sejarah evolusi spesies kita yang tak dapat diambil kembali," papar Lameira.
Studi tentang bahasa kera terbentuk karena pergaulan sosial yang mirip dengan perilaku manusia ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Ecology and Evolution.
Baca juga: Sama seperti Manusia, Kera Menyapa dan Ucapkan Selamat Tinggal Saat Interaksi
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.