Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru Ungkap, Virus Corona Bermutasi Dua Kali dalam Sebulan

Kompas.com - 01/03/2022, 20:00 WIB
Zintan Prihatini,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para peneliti mengeklaim telah berhasil menganalisis bagaimana cara virus corona bisa bermutasi dengan sangat cepat. Berdasarkan studinya, para peneliti mengamati data urutan genom dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 untuk memeriksa empat garis keturunan yang menjadi variant of concern (VoC) seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.

Tim peneliti berkata bahwa rahasia percepatan mutasi virus bukanlah fenomena yang konstan atau berkelanjutan, melainkan sesuatu yang terjadi sementara waktu dalam evolusi virus, sesaat sebelum varian itu muncul.

"Kami menemukan bukti kuat bahwa (mutasi virus) episodik (terjadi secara berkala), bukannya jangka panjang, yang menyebabkan peningkatan munculnya VoC," ujar para peneliti.

Mereka juga menemukan virus corona mengalami setidaknya dua mutasi setiap bulan.

Baca juga: Ilmuwan Sabotase Bagian Virus Corona untuk Melawan Covid-19, Studi Jelaskan

“Jumlah mutasi yang diamati pada keempat VoC ini jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan,” tulis para peneliti dalam laporan ilmiah mereka seperti dilansir dari Science Alert, Senin (28/2/2022).

Adapun studi ini dipimpin oleh peneliti bioinformatika di Doherty Institute bernama John Tay, dan telah dipublikasikan di jurnal Molecular Biology and Evolution pada 17 Februari 2022.

Sejak pertama kali merebak ke seluruh dunia, virus corona telah bermutasi menjadi varian baru misalnya saja varian Delta dan Omicron. Bahkan, kini para ilmuwan telah mengidentifikasikan garis keturunan Omicron siluman yang disebut subvarian BA.2.

SARS-CoV-2, kata mereka, merupakan virus berbahaya dan sangat tangguh dengan pembaharuan yang tidak pernah berhenti. Terutama jika dibandingkan virus jenis lainnya.

"Apa yang kami lihat dengan varian SARS-CoV-2, khususnya variant of concern (VoC), adalah mereka telah mengalami lebih banyak mutasi daripada yang dibayangkan," ujar peneliti penyakit menular dari Peter Doherty Institute for Infection and Immunity di Australia, Sebastian Duchene.

Baca juga: Begini Gejala Long Covid Omicron dan Cara Mencegahnya Menurut Ahli

Dia menambahkan bahwa biasanya virus cenderung bermutasi dengan kecepatan yang konstan. Selain itu, virus mungkin membutuhkan waktu selama satu tahun atau lebih untuk memunculkan varian virus baru. Hal ini lah yang tidak terjadi pada virus corona.

"Varian Delta, misalnya, muncul hanya dalam waktu enam minggu dari bentuk aslinya," jelas Duchene.

Kendati demikian, tim peneliti belum sepenuhnya tahu apa yang menyebabkan hal ini. Mereka menyebut bahwa kemunculan varian-varian baru kemungkinan didorong seleksi alam.

Faktor lainnya mencakup infeksi pada populasi yang tidak divaksinasi, sehingga virus bisa menyebar dan berkembang dengan lebih mudah.

Di samping itu, adanya infeksi pada individu tertentu seperti pasien dengan gangguan sistem kekebalan, diduga juga dapat menyebabkan perubahan virus.

Studi ini juga mengungkapkan bahwa butuh waktu sekitar empat pekan bagi varian Beta, dan enam pekan untuk varian Delta mengalami evolusi.

Sedangkan varian lain membutuhkan waktu lebih lama, pada varian Gamma diperkirakan dapat berevokusi selama 17 pekan, dan varian Alpha membutuhkan 14 pekan.

Baca juga: WHO Targetkan Cakupan Vaksinasi Covid-19 Global Mencapai 70 Persen di Juni 2022

Para peneliti mencatat walaupun masih banyak yang belum banyak yang bisa dipahami tentang faktor pemicu banyaknya mutasi pada SARS-CoV-2, mereka bisa melihat dan melacak virus melalui pemantauan genomik yang berkelanjutan. Dengan demikian, potensi gelombang infeksi berikutnya bisa dicegah.

"Bayangkan jika mendeteksi Omicron pada beberapa pasien pertama, jika Anda dapat mencegah penyebarannya dari sana, maka kita tidak akan berada dalam situasi seperti sekarang," jelas peneliti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com