KOMPAS.com - Penyakit malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa. Ini disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
Dilansir dari Healthline, Jumat (11/2/2022), nyamuk yang terinfeksi membawa parasit Plasmodium, dan saat nyamuk menggigit seseorang, parasit dilepaskan ke dalam aliran darah.
Saat parasit berada di dalam tubuh, akan menuju ke hati dan menjadi dewasa. Setelah beberapa hari, parasit dewasa memasuki aliran ddarah dan mulai menginfeksi sel darah merah.
Dalam 48 hingga 72 jam, parasit di dalam sel darah merah berkembang biak dan membuat sel yang terinfeksi pecah.
Parasit terus menginfeksi sel darah merah, mengakibatkan gejala yang terjadi dalam siklus yang berlangsung dua sampai tiga hari pada suatu waktu.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), malaria dapat dicegah dan disembuhkan.
Baca juga: Parasit Plasmodium, Penyebab Penyakit Malaria yang Berbahaya
Pada tahun 2020, diperkirakan terdapat 241 juta kasus malaria di seluruh dunia. Di tahun yang sama, jumlah kematian akibat penyakit ini diperkirakan mencapai 627.000 kasus.
WHO menjabarkan, terdapat lima spesies parasit yang menyebabkan malaria ada manusia, dengan dua jenisnya menjadi ancaman besar, yaitu P. falciparum dan P. vivax.
P. falciparum merupakan parasit malaria paling mematikan dan paling umum di benua Afrika. Sedangkan P.vivax menjadi parasit malaria yang dominan di sebagian beasr negara di luar sub-Sahara Afrika.
Parasit malaria P. falciparum menyebabkan bentuk penyakit yang lebih parah dan orang yang terjangkit memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
Bahkan, seorang ibu yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada bayinya saat lahir, yang dikenal sebagai malaria kongenital.
Penyakit malaria ditularkan melalui darah, sehingga dapat juga ditularkan melalui transplantasi organ, transfusi, dan penggunaan jarum atau alat suntik secara bersama.
Baca juga: Obat Malaria Jadi Kandidat Pengobatan Penyakit Langka Multiple Sclerosis
Secara klinis, gejala awal dari penyakit malaria adalah demam, sakit kepala, dan kedinginan.
Kondisi tersebut biasanya muncul dalam waktu 10-15 hari setelah gigitan nyamuk yang infektif dan mungkin ringan, sehingga sulit dikenali sebagai malaria.
Jika tidak diobati, malaria P. falciparum dapat berkembang menjadi penyakit parah dan kematian dalam waktu 24 jam.
Sementara itu dalam beberapa kasus, gejala malaria mungkin tidak berkembang selama beberapa bulan. Beberapa parasit malaria dapat masuk ke dalam tubuh tapi akan dominan untuk jangka waktu yang lama.
Gejala malaria yang umum meliputi:
Baca juga: Tren Kasus Malaria Meningkat, Ibu Hamil dan Balita Perlu Waspada
Di tahun 2020, hampir setengah dari populasi dunia berisiko terkena malaria. Beberapa kelompok penduduk mempunyai risiko yang jauh lebih tinggi untuk tertular malaria dan mengembangkan penyakit parah.
Kelompok tersebut meliputi bayi, anak-anak di awah usia 5 tahun, wanita hamil, dan penderita HIV/AIDS, serta orang-orang dengan kekebalan tubuh lemah yang pindah ke negara dengan penularan malaria yang intens seperti pekerja migran, penduduk yang brpindah-pindah, dan pelancong.
Perluasan akses ke alat dan strategi pencegahan malaria yang direkomendasikan oleh WHO, termasuk pengendalian vektor yang efektif dan penggunaan obat antimalaria, telah berdampak besar dalam mengurangi beban global penyakit ini.
Pengendalian vektor menjadi komponen penting dari strategi pengendalian dan eliminasi malaria dikarenakan sangat efektif dalam mencegah infeksi dan mengurangi penularan penyakit. Intervensi antara lain kelambu berinsektisida (ITNs) dan penyemprotan residu dalam ruangan (IRS).
Kemajuan dalam pengendalian malaria global terancam munculnya resistensi terhadap insektisida di antara nyamuk Anopheles.
Berdasarkan laporan malaria dunia terbaru, sebanyak 78 negara melaporkan resistensi nyamuk terhadap setidaknya 1 dari 4 kelas insektisida yang biasa digunakan pada periode 2010-2019. Sementara itu, resistensi nyamuk dilaporkan pada semua kelas insektisida utama di 29 negara.
Baca juga: Bagaimana Mencegah Covid-19 dalam Layanan Penyakit Malaria?
Kemoterapi preventif merupakan penggunaan obat-obatan, baik sendiri atau dalam komnbinasi, untuk mencegah infeksi malaria dan konsekuensinya.
Tindakan ini termasuk kemoprofilaksis, pengobatan pencegahan intermiten pada bayi (IPTi) dan wanita hamil (IPTp), kemoprevensi malaria musiman (SMC), dan pemberian obat massal (MDA).
Strategi yang aman dan hemat biaya ini dimaksudkan untuk melengkapi kegiatan pengendalian malaria yang sedang berlangsung, termasuk tindakan pengendalian vektor, diagnosis suspek malaria, dan pengobatan kasus yang dikonfirmasi dengan obat antimalaria.
Sejak Oktober 2021, telah direkomendasikan penggunaan vaksin malaria RTS, S/AS01 secara luas untuk anak-anak yang tinggal di daerah dengan penularan malaria P. Falciparum sedang hingga tinggi.
Vaksin telah terbukti secara signifikan mengurangi malaria dan malaria parah yang mematikan pada anak-anak.
Baca juga: WHO: Dampak Pandemi, Kematian akibat Malaria Naik 69.000 pada 2020
Malaria dapat menyebabkan sejumlah komplikasi yang mengancam jiwa. Beberapa kemungkinan yang terjadi antara lain:
Sebagai tambahan informasi, penyakit malaria biasanya ditemukan di iklim tropis dan subtropis, di mana parasit dapat hidup.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.