Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kabar Baik, Moderna Mulai Lakukan Uji Klinis Vaksin Khusus Omicron

Kompas.com - 30/01/2022, 17:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Moderna baru-baru ini mengumumkan telah memulai uji klinis vaksin Covid-19 varian Omicron. Pihaknya menyebut, vaksin khusus Omicron ini telah disuntikkan kepada relawan pertama dalam uji klinis tahap kedua.

Menyusul studi di New England Journal of Medicine pada Rabu, (26/1/2022) yang menunjukkan bahwa dua dosis vaksin Covid-19 kurang ampuh melawan varian virus baru, maka Moderna mempercepat uji klinis vaksin khusus Omicron tersebut.

CEO Moderna, Stephane Bancel mengungkapkan bahwa hal itu dilakukan karena antibodi yang dibentuk vaksin booster mRNA dilaporkan menurun setelah enam bulan.

Studi ini juga menemukan, bahwa tingkat antibodi penetral menurun terhadap varian Omicron, jauh lebih cepat daripada varian virus corona sebelumnya.

Baca juga: Perlindungan Vaksin Covid-19 Moderna Berkurang, Dosis Booster Diperlukan

"Kami senang memulai uji klinis tahap kedua. Kami juga mengevaluasi apakah akan memasukkan kandidat khusus Omicron ini dalam program booster multivalen kami," papar Bancel dilansir dari CNN, Kamis (27/1/2022).

Dia menambahkan, mereka akan melakukan uji klinis setidaknya pada 600 orang di Amerika Serikat yang sudah menerima vaksin Moderna dosis kedua maupun vaksin booster.

Data dari uji klinis tersebut, kata Bancel, akan dibagikan kepada para pejabat kesehatan, sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang strategi melawan virus corona di masa mendatang melalui vaksin khusus Omicron ini.

Selain Moderna, perusahaan vaksin Pfizer-BioNTech juga telah memulai uji klinis vaksin khusus Omicron pada Selasa lalu. Pihak Pfizer pun ingin vaksin ini nantinya dapat secara khusus menargetkan varian B.1.1.529 atau Omicron.

Dua dosis vaksin dan booster masih efektif melawan virus

Di sisi lain, tim peneliti dari Moderna bekerja sama dengan beberapa lembaga penelitian lainnya telah menganalisis sampel darah orang yang telah menerima vaksin Covid-19 Moderna.

Mereka menemukan bahwa dua dosis vaksin membentuk antibodi penetral terhadap varian Omicron pada 85 persen peserta dalam kurun satu bulan setelah dosis kedua, namun setelah tujuh bulan netralisasinya tampak menurun pada sebagian besar peserta.

"Tingkat antibodi pada peserta penelitian yang menerima booster meningkatkan penetralan yang kuat, tingkat antibodi ini menurun lebih cepat untuk Omicron daripada virus SARS-CoV-2 awal yang menyebar dua tahun lalu," ujar para peneliti.

Baca juga: Kemenkes Ungkap Hasil Riset Vaksin Booster Sinovac dan Moderna, Seperti Apa?

Ilustrasi vaksin Covid-19.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ilustrasi vaksin Covid-19.

Diakui peneliti, studi tersebut memiliki keterbatasan, di antaranya adalah ukuran sampel yang kecil sehingga masih perlu dikaji lebih dalam.

Walaupun beberapa studi menyebutkan bahwa efikasi dua dosis vaksin Covid-19 maupun vaksin booster menurun terhadap infeksi varian Omicron, vaksin masih mampu untuk mencegah penyakit parah hingga kematian.

"Antibodi turun karena tubuh tidak mempertahankannya pada tingkat setinggi itu. Bukan berarti tidak ada perlindungan (dari vaksin)," ujar Profesor di Department of Surgery di Duke University, Dave Montefiori.

Baca juga: Simak, Efek Samping Vaksin Booster Moderna, Sinovac, AstraZeneca, Pfizer, dan Zifivax

Dia mencatat bahwa karakteristik virus asli mungkin sudah berubah, sehingga vaksin khusus Omicron seperti yang dikembangkan Pfizer dan Moderna terlihat menjanjikan.

"Kabar baiknya adalah booster Moderna, akan memberikan tingkat antibodi yang sangat tinggi. Tetapi seperti yang telah kita pelajari terkait virus Covid ini, tingkat antibodi mulai menurun sekitar enam bulan setelahnya," terang direktur medis dari National Foundation for Infectious Diseases, Dr William Schaffner

Di samping itu, studi lainnya menunjukkan bahwa dua dosis vaksin dan pemberian booster dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit parah, bahkan infeksi yang disebabkan varian Omicron.

"Saya pikir penelitian ini memperkuat bahwa pada dasarnya, apa yang terlihat dengan vaksin Pfizer dan Moderna mungkin merupakan pertanda atau tanda awal bahwa kita harus mendapatkan booster berkala untuk mempertahankan kekebalan," jelasnya.

Baca juga: Otoritas Kesehatan Perancis: Vaksin Moderna Tidak untuk Usia di Bawah 30 Tahun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com