Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2022, 08:02 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Obsessive-compulsive disorder (OCD) adalah gangguan kesehatan mental yang terjadi ketika seseorang terjebak dalam siklus obsesi dan kompulsi.

Obsesi adalah pikiran, gambaran, atau dorongan yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan memicu perasaan yang sangat menyusahkan. 

Sementara itu, kompulsi adalah perilaku yang dilakukan individu untuk mencoba menyingkirkan obsesi atau mengatasi perasaan mengganggu yang dialaminya.

Kebanyakan orang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif di beberapa titik dalam hidup mereka, namun ini tidak berarti bahwa orang tersebut mengidap OCD.

Untuk membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif, siklus obsesi dan kompulsi yang dialami sudah menjadi sangat ekstrem sehingga menyita banyak waktu dan menghalangi aktivitas penting yang biasanya dilakukan.

Baca juga: Aliando Syarief Mengaku Alami OCD, Bisakah Penyakit OCD Disembuhkan?

Apa itu obsesi dan kompulsi?

Dilansir dari International OCD Foundation, obsesi adalah pikiran, gambaran, atau impuls yang terjadi berulang-ulang dan terasa di luar kendali individu. 

Orang dengan OCD pun merasa tidak ingin memiliki obsesi ini dan menganggapnya mengganggu.

Dalam kebanyakan kasus, orang dengan OCD menyadari bahwa obsesi yang dimilikinya tidak masuk akal. 

Obsesi biasanya disertai dengan perasaan yang intens dan tidak nyaman, seperti ketakutan, jijik, keraguan, atau perasaan bahwa segala sesuatunya harus dilakukan dengan cara yang "tepat". 

Dalam konteks OCD, obsesi dapat menyita waktu dan menghalangi aktivitas seseorang. 

Baca juga: Mengenal OCD yang Dialami Aliando Syarief, Apa Penyebab dan Faktor Risikonya?

Selanjutnya, kompulsi adalah bagian kedua dari gangguan obsesif kompulsif. 

Kompulsi merupakan perilaku atau pikiran berulang yang digunakan seseorang dengan tujuan untuk menetralisir, melawan, atau menghilangkan obsesinya. 

Orang dengan OCD menyadari kompulsi yang dilakukannya hanya solusi sementara, tetapi tanpa cara yang lebih baik untuk mengatasinya, mereka mengandalkan paksaan sebagai pelarian sementara. 

Kompulsi juga termasuk perilaku menghindari situasi yang memicu obsesi. 

Tak hanya obsesi, kompulsi dapat menyita waktu dan menghalangi seseorang untuk beraktivitas seperti biasanya.

Baca juga: Aliando Syarief Mengaku Mengalami OCD, Kondisi Apa Itu?

Gejala penyakit OCD

Jika seseorang menderita OCD, ia biasanya sering mengalami pikiran obsesif dan perilaku kompulsif.

Dilansir dari NHS, wanita terkadang dapat mengalami OCD selama kehamilan atau setelah melahirkan.

Obsesi mungkin termasuk khawatir akan membahayakan bayi atau tidak mensterilkan botol susu dengan benar. Kompulsi bisa berupa hal-hal seperti berulang kali memeriksa pernapasan bayi.

Penyebab penyakit OCD dan faktor risikonya

Dilansir dari WebMD, para dokter belum yakin mengapa seseorang bisa menderita OCD. 

OCD sedikit lebih umum dialami oleh wanita daripada pria dan gejalanya kerap muncul pada remaja atau dewasa muda.

Baca juga: Mengenal Psikolog Klinis dan Perannya Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia

Adapun faktor risiko OCD meliputi:

  • Orang tua, saudara kandung, atau anak yang menderita OCD
  • Perbedaan fisik di bagian tertentu pada otak
  • Depresi atau kecemasan
  • Pengalaman dengan trauma
  • Riwayat pelecehan fisik atau seksual

Terkadang, seorang anak mungkin mengalami OCD setelah infeksi streptokokus. 

Ini disebut gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang terkait dengan infeksi streptokokus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com