Skala yang kerap digunakan untuk menyatakan magnitudo gempa adalah skala richter.
Gempa yang dapat memicu tsunami, magnitudo gempa harus lebih besar dari 7 magnitudo, karena hanya dengan kekuatan ini gempa bumi bisa mengirim air laut ke darat.
Ini mengartikan, jika ada gempa bumi tektonik terjadi di laut dengan kedalaman kurang dari 100 km dan skala kurang dari 7 skala magnitude, gempa tidak akan memicu tsunami.
3. Gempa bumi tektonik dengan pola sesar naik atau sesar turun (deformasi vertikal)
Deformasi merupakan perubahan bentuk, posisi, dan dimensi suatu benda. Deformasi gempa bumi tektonik secara umum ada tiga macam, yaitu horisontal, vertikal, dan diagonal.
Jenis gempa bumi yang berpotensi tsunami adalah gempa dengan deformasi vertikal.
Megathrust bisa diartiken gerak sesar naik yang besar. Mekanisme gempa megathrust bisa terjadi di pertemuan lempeng benua.
Baca juga: 3 Kriteria Gempa Bumi yang Dapat Menyebabkan Tsunami
Dalam geologi tektonik, wilayah pertemuan dua lembeng disebut zona subduksi.
Sedangkan zona megathrust terbentuk saat lempeng samudra bergerak ke bawah menghujam lempeng benua dan menimbulkan gempa bumi.
Zona subduksi diasumsikan sebagai sebuah zona petahan naik yang besar atau zona megathrust.
Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan atau stress pada bidang kontak antar lempeng yang kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
“Jika terjadi gempa, maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik (thrusting),” ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono seperti dikutip dari pemberitaan sebelumnya.
Baca juga: BMKG Menyisir Sesar Opak untuk Mitigasi Potensi Gempa di Yogyakarta