Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Sinovac dan Sinopharm Lemah terhadap Omicron, Haruskah Segera Mendapat Booster Vaksin?

Kompas.com - 25/12/2021, 16:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam penelitian terbaru, vaksin Covid-19 Sinovac dan Sinopharm cenderung lemah terhadap varian Omicron.

Dengan demikian, perlukah segera melakukan booster vaksin?

Berdasarkan hasil studi laboratorium dari University of Hong Kong dan The Chinese University of Hong Kong, didapatkan bahwa dua dosis dan booster vaksin Covid-19 Sinovac tidak menghasilkan tingkat antibodi penetral yang cukup untuk melindungi diri dari varian Omicron.

Seperti dikutip dari Straitstimes, Kamis (23/12/2021), hasil studi itu menunjukkan, bagi mereka yang diimunisasi lengkap dengan vaksin CoronaVac produksi Sinovac Biotech China dan mendapatkan suntikan booster dari BioNtech SE Jerman, secara signifikan rendah dalam meningkatkan tingkat perlindungan antibodi terhadap Omicron.

Baca juga: Studi Vaksin Sinovac dan Sinopharm Lemah terhadap Omicron, Apa Dampaknya?

Dua dosis suntikan BioNTech, yang dikenal sebagai vaksin Cominarty, juga tidak cukup, meskipun menambahkan booster dengan vaksin mRNA yang lebih kuat meningkatkan perlindungan ke tingkat yang memadai.

Sementara itu, dalam studi yang berbeda ditemukan bahwa booster atau suntikan penguat vaksin Covid-19 Sinopharm juga memiliki aktivitas penetralan yang secara signifikan rendah atau lemah terhadap varian Omicron.

Hasil ini didapatkan dari studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Shanghai Jiao Tong University dan laboratorium berbasis di Shanghai, ketika mereka berusaha membandingkan aktivitas vaksin booster Sinopharm terhadap jenis virus corona pertama dari Wuhan.

Dilansir dari Reuters, Senin (20/12/2021),  aktivitas antibodi penetral dari booster Sinopharm BBIBP-CorV terhadap varian Omicron menunjukkan 20,1 kali lipat, dibandingkan dengan aktivitas vaksin tersebut terhadap strain Wuhan.

Seperti diketahui, CoronaVac dari Sinovac merupakan jenis vaksin Covid-19 yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Begitu juga vaksin Sinopharm.

Dari laporan terbaru itu, ahli biologi molekuler Ahmad Utomo mengatakan, hasil studi tersebut adalah studi in vitro, sehingga tidak perlu terburu-buru untuk menyimpulkan sesuatu, termasuk pelaksanaan booster vaksin Covid-19.

"Oh ini studi in vitro kemampuan antibodi dari orang yang divaksin Sinovac," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (24/12/2021).

Baca juga: Anak Alami KIPI Usai Vaksin Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan?

Untuk diketahui, studi in vitro adalah pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup. Pengujian ini dilakukan pada kultur bakteri, sel terisolasi atau organ terisolasi. Biasanya studi ini baru sebatas uji laboratorium saja.

Jika hasilnya positif, maka akan dilanjutkan dengan uji in vivo atau pengujian pada makhluk hidup (hewan).

Lalu, apakah masyarakat Indonesia harus segera mendapatkan booster vaksin sebagai perlindungan dari varian Omicron?

"Booster diperlukan ketika nanti ada data bahwa ada peningkatan kasus Covid-19 bergejala berat yang sudah divaksin komplit 1 tahun lalu vs yang divaksin 6 bulan lalu," jelas Ahmad.

Seperti diketahui, vaksin booster adalah dosis vaksin tambahan yang dapat memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit, karena efek dari beberapa vaksin yang dapat menurun seiring waktu.

Vaksin booster umum diberikan pada infeksi virus, seperti tetanus, difteri, dan pertusis (DTaP) yang membutuhkan booster setiap 10 tahun.

Baca juga: Kabar Baik, Vaksin Booster 85 Persen Efektif Cegah Sakit Parah akibat Omicron

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com