Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Terbaru Ungkap Asap Pembakaran Kayu Berisiko Memicu Kanker

Kompas.com - 20/12/2021, 10:01 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian terbaru mengungkapkan, bahwa tungku pembakaran kayu di daerah perkotaan berkontribusi terhadap paparan bahan kimia penyebab kanker yang ditemukan dalam partikel polusi udara.

Para peneliti menemukan kandungan polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) dalam partikel polusi kecil yang dihasilkan oleh pembakaran kayu dan memiliki efek karsinogenik.

Studi yang dilakukan di Athena, Yunani ini meneliti sumber PAH dan menemukan pembakaran kayu menghasilkan lebih banyak kandungan tersebut dibandingkan bahan bakar diesel atau bensin yang digunakan kendaraan.

Baca juga: 78 Persen Rumah Tangga Indonesia Teracuni Asap Rokok dari Perokok Aktif

Para peneliti mengatakan, bahwa pembakaran kayu merupakan masalah utama penyebab buruknya kualitas udara perkotaan di seluruh Eropa. Selain itu paparan dari asap kayu dapat menyebabkan efek kesehatan yang fatal, salah satunya kanker.

"Pada dasarnya berhenti membakar kayu. Itulah intinya,” ujar salah satu peneliti dari Foundation for Research and Technology Hellas di Yunani, Athanasios Nenes dikutip dari The Guardian, Jumat (17/12/2021).

Penelitian yang diterbitkan pada tahun lalu ini menunjukkan, bahwa pembakaran kayu dari rumah-rumah di Eropa menghasilkan polusi udara tiga kali lipat daripada asap kendaraan.

Di sisi lain, studi yang diterbitkan di jurnal Atmospheric Chemistry and Physics telah mengambil sampel udara di Athena setiap hari selama setahun, dengan menganalisis 31 PAH dan berbagai bahan kimia lainnya.

Akhirnya mereka menemukan 31 persen zat PAH tahunan berasal dari pembakaran kayu, sebanyak 33 persen dari solar dan minyak, dan 29 persen dari bensin.

Namun, beberapa PAH lebih bersifat karsinogenik daripada yang lain. Sederhananya, ketika para peneliti memperhitungkan, proporsi risiko kanker pada manusia akibat pembakaran kayu naik menjadi 43 persen, risiko kanker akibat solar dan minyak 36 persen, dan dari bensin sekitar 17 persen.

“Kami tahu bahwa (asap dari) pembakaran kayu jauh lebih beracun daripada jenis partikel lainnya,” ujar Nenes.

Mereka mengungkapkan tingkat polusi PAH di Athena sama besarnya seperti yang ditemukan dalam penelitian di Eropa dan Amerika Utara lainnya. Sedangkan tingkat polusi udara yang jauh lebih tinggi, biasanya berada di wilayah China.

Baca juga: Kualitas Udara di Jakarta Masih Buruk, Waspada 2 Dampaknya bagi Kita

Gambar ilustrasiShutterstock Gambar ilustrasi

Lebih lanjut, peneliti berkata berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kandungan PAH di Athena diperkirakan akan menyebabkan tambahan 5 kasus kanker per 100.000 orang.

“Mengingat (paparan karsinogen) dan penggunaan pembakaran (kayu) yang lama di seluruh Eropa, misalnya Prancis, Jerman, Irlandia, dan Inggris, tindakan maupun kebijakan Eropa untuk regulasi emisi pembakaran (kayu) diperlukan, karena dapat bermanfaat bagi kesehatan masyarakat," tulis para peneliti.

Sementara itu, Nenes mengatakan zat PAH bukan satu-satunya karsinogen dalam asap kayu, sebab masih banyak senyawa lain yang merusak kesehatan yang dihasilkan.

Baca juga: Situasi Kanker Paru di Indonesia Saat Ini, Prevalensi Kematian Meningkat

“Asap kayu menyebabkan semua jenis penyakit mulai dari kanker hingga stres oksidatif, yang menyebabkan serangan jantung dan stroke, obesitas, penuaan dini, diabetes, atau apa pun yang berkaitan dengan peradangan dalam tubuh. Jadi saya sangat khawatir tentang efek pembakaran kayu,” ungkapnya.

Peneliti dari Imperial College London yang tidak terlibat dalam studi, Gary Fuller mengatakan bahwa manusia cenderung berpikir pembakaran kayu tidak membahayakan, karena kayu adalah produk alami.

"Data Inggris tentang emisi benzo(a)pyrene, salah satu PAH utama, menunjukkan peningkatan (polusi sebanyak) 16 persen sejak tahun 2000, karena pembakaran kayu di rumah,” kata Fuller.

Sementara itu, penelitian terdahulu yang telah dilakukan Nenes dan timnya juga menemukan asap kayu yang dihasilkan pada malam hari akan teroksidasi menjadi senyawa yang lebih berbahaya dan jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Sehingga, lebih berisiko membahayakan kesehatan.

Baca juga: 7 Bahaya Vape yang Tak Disadari, Salah Satunya Bisa Menyebabkan Kanker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com