Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2021, 16:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com – Masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi, terutama yang masih aktif, memang rentan akan potensi bencana akibat erupsi.

Namun, lingkungan vulkanik dapat menjadi lokasi yang baik untuk bertani. Pasalnya, tanah vulkanik adalah tanah yang subur untuk bercocok tanam.

Dilansir dari British Geological Survey (BGS), endapan vulkanik diperkaya dengan unsur-unsur seperti magnesium dan kalium.

Saat abu dan batuan vulkanik lapuk, unsur magnesium dan kalium akan dilepaskan dan menghasilkan tanah yang sangat subur.

Lapisan tipis abu dapat bertindak sebagai pupuk alami yang mampu menghasilkan peningkatan panen pada tahun-tahun setelah letusan.

Baca juga: Letusan Gunung Semeru dan Jaminan Kesuburan untuk Masa Depan

Merespons lingkungan gunung berapi, petani di sekitar pun tentu sudah menyesuaikan tanaman yang ditanam agar sesuai dengan berbagai jenis abu.

Endapan vulkanik (terutama abu) juga cukup berpori sehingga dapat mempertahankan kelembapan lebih lama daripada tanah non-vulkanik.

Akibatnya, tanah yang dekat dengan gunung berapi seringkali cocok untuk dijadikan lahan pertanian.

Di samping itu, lingkungan gunung berapi juga dapat menghasilkan mineral yang kaya atau deposit bijih logam ketika batuan “dimasak” dalam air yang sangat panas dalam proses alterasi hidrotermal.

Tembaga terbentuk di bagian kerak Bumi yang telah terdorong ke atas. Dahulu kala, air laut bersirkulasi melalui kerak samudera vulkanik dan dipanaskan hingga 350 derajat celcius.

Air panas ini menjadi asam dan merusak batu yang dilaluinya, menjadi kaya akan unsur-unsur seperti tembaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com