Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Produsen Emisi Karbon Terbesar, AS dan China, Bersatu Atasi Krisis Iklim

Kompas.com - 11/11/2021, 11:00 WIB
Yunanto Wiji Utomo,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dua negara yang paling banyak mengeluarkan emisi karbon dioksida bersepakat untuk bekerjasama mengatasi perubahan iklim pada Rabu (10/11/2021).

"Inilah hal yang betul-betul fenomenal di Glasgow. Lainnya sebenarnya biasa saja," begitu kata seorang jurnalis India saat berbincang dengan Kompas.com di Media Center, Scottish Event Campus, tempat penyelenggaraan COP26.

Bukan hanya satu jurnalis itu yang berkomentar. Delegasi dan pakar yang berbicara dengan Kompas.com mengatakan bahwa pengumuman di Giant's Causeway, bagian paling belakang lokasi COP26, pengumuman itu fenomenal.

John Kerry, Utusan Khusus Bidang Iklim Amerika Serikat sendiri mengatakan bahwa kerjasama itu luar biasa di tengah banyaknya perbedaan yang dimiliki kedua negara.

Baca juga: Minggu Kedua COP26, Indonesia Pastikan Janji-janji Pendanaan Iklim

"Terlepas dari banyak perbedaan yang kita semua tahu bersama, untuk iklim, kami memutuskan bekerjasama," demikian katanya.

"Ini bukan karena atas kemauan China atau Amerika Serikat saja, tetapi karena memang sains meminta kami untuk melakukannya," imbuhnya lagi.

Kesepakatan yang dinamai China-US Join Glasgow Declaration in Enhancing Climate Action itu mencakup banyak hal penting.

Kedua negara sepakat untuk melakukan aksi secepatnya mengurangi emisi metana, gas perusak atmosfer yang dihasilkan lewat pertanian, peternakan dan proses industri.

China akan merilis rencana nasional pengurangan emisi metana yang "ambisius dan komprehensif" saat COP27 yang kemungkinan akan diadakan di Mesir.

Baca juga: Perhitungan COP26, Suhu Bumi Diprediksi Naik 2,4 Derajat Celsius

Upaya lain yang diumumkan dalam kerjasama itu adalah langkah untuk mengurangi penggunaan batubara, terutama dalam pembangkitan listrik.

"Kami akan melakukan dialog dan pertukaran kebijakan, serta kerjasama," kata Utusan Khusus Iklim China Xie Zhenhua.

"Baik soal energi terbarukan, transmisi listrik, dan peningkatan efisiensi grid," ujarnya.

Selain soal batu bara, Xie juga menyebut kerjasama keduanya untuk mengurangi deforestasi ilegal. Ia menjanjikan kerjasama yang pragmatis dan konkrit agar hasil lekas terlihat.

Kesepakatan bekerjasama mengatasi krisis iklim itu terbentuk setelah wakil dua negara bertemu secara virtual lebih dari 30 kali sejak awal tahun ini.

Baca juga: Kesepakatan di COP26, Pemakaian Batu Bara Bakal Dihentikan

Xie mengatakan, pertemuan juga dilakukan secara tatap muka di Shanghai, Zhenjiang dan Glasgow sebelum COP26 untuk sebuah kerjasama yang matang.

Jennifer Morgan dari Greenpeace berkata bahwa dia menyambut baik keputusan dua negara yang mengabaikan perbedaan dan bekerjasama mengatasi masalah iklim.

Namun, dia juga berkata bahwa pernyataan Amerika Serikat dan China belum sepenuhnya memenuhi panggilan negara-negara rentan perubahan iklim yang menuntut ambisi lebih tinggi dari negara maju dalam mengurangi emisi.

Terkait energi, pengumuman keduanya juga tidak menyebut soal upaya mengatasi emisi dari bahan bakar fosil selain batu bara. Gas juga tidak disinggung dalam tujuan pengurangan emisi dari bahan bakar fosil di COP26.

Terkait hal tersebut, aktivis lingkungan Indonesia Yuyun Ismawati mengatakan, gas menjadi gajah sangat besar yang tidak terihat dan tak terkalahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com