Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Faktor Risiko Preeklamsia, Kondisi yang Bisa Sebabkan Kematian Ibu dan Janin

Kompas.com - 13/10/2021, 11:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Preeklamsia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu dan bayi di Indonesia. Bahkan, faktor risiko preeklamsia di Indonesia memiliki angka kematian perinatal yang tertinggi di ASEAN.

Untuk di Indonesia sendiri, meskipun belum ada data keseluruhan secara lengkap tentang preeklamsia yang berimplikasi pada kematian ibu dan janin

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda, dr Aditya Kusuma mengatakan, dari hasil riset di beberapa rumah sakit di Indonesia cukup menunjukkan bahwa preeklamsia ini prevalensinya juga mengkhawatirkan di tanah air.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, angka kematian ibu akibat hipertensi mencapai 32 persen, dan akibat pendarahan mencapai 20 persen.

Sementara, data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2015 yang dimuat di Journal of Hypertension, dari 2.103 pasien yang ada 18,4 persen mengalami preeklamsia.

Sedangkan, data riset dari 2.003 pasien di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita sekitar 7,5 persennya mengalami preeklamsia.

Baca juga: Tingkatkan Prevalensi Kematian Ibu dan Janin, Mengapa Preeklamsia Berbahaya?

 

Aditya menjelaskan bahwa faktor risiko preeklamsia sangat berpengaruh terhadap meningkatnya kematian ibu dan janin dikarenakan sulit dideteksi, sehingga terlambat untuk ditangani.

Preeklamsia adalah gangguan tekanan darah yang hanya terjadi pada kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi.

"Preeklamsia itu per definisnya adalah halilintar atau petir, karena sifatnya silent killer (pembunuh senyap- tidak ketahuan). Sekalinya muncul itu bisa membahayakan ibu dan janin," kata Aditya dalam diskusi daring bertajuk webinar Roche: Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin, Selasa (12/10/2021).

Preeklamisa atau darah tinggi yang dialami ibu hamil menimbulkan risiko kematian yang cukup tinggi.

Hal ini kaitannya dengan penyakit jantung yang dapat diderita kemudian hari akibat preeklamsia.

Preeklamsia dapat terjadi selama masa kehamilan, ataupun setelah ibu melahirkan bayinya. Umumnya, faktor risiko preeklamsia ini dapat dimulai setelah usia kehamilan minggu ke-20. Komplikasi yang terjadi akibat preeklamsia yakni termasuk kerusakan pada organ vital, khususnya ginjal dan hati.

Baca juga: Indonesia Gagal Turunkan Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Alasannya

 

Ilustrasi kehamilan yang tak direncanakan.DOK. SHUTTERSTOCK Ilustrasi kehamilan yang tak direncanakan.

Faktor risiko preeklamsia

Berikut beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan ibu hamil mengalami preeklamsia.

1. Kehamilan pertama

Risiko penyakit jantung akibat preeklamsia pada wanita yang baru mengalami kehamilan pertamanya cukup besar.

Secara umum, perempuan dengan preeklamsia pada kehamilan pertama mereka memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung yang menyebabkan kematian daripada perempuan yang tidak memiliki preeklamsia.

2. Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya

Perempuan yang pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan pertama, berisiko mengalaminya lagi di kehamilan kedua, ketiga dan seterusnya.

Baca juga: Jadi Penyebab Wafatnya Kartini, Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi

Maka, yang bisa dilakukan untuk menghindari kondisi serupa di kehamilan berikutnya adalah dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat meskipun tidak dalam kondisi hamil, baik dari asupan energi yang dikonsumsi, olahraga dan lain sebagainya.

Namun, dibandingkan dengan preeklamsia pada kehamilan pertama, risiko terkena penyakit jantung meningkat hanya sekitar 2,4 kali.

3. Riwayat preeklamsia dalam keluarga

Seorang ibu yang mengalami preeklamsia pada masa kehamilannya dan melahirkan anak perempuan.

Maka, suatu saat nanti ketika anak perempuan ini hamil, ia memiliki faktor risiko mengalami preeklamsia serupa.

Dengan begitu, jika Anda memiliki riwayat ibu kandung yang pernah mengalami preeklamsia saat hamil meskipun saat mengandung saudara Anda sekalipun.

Maka, Aditya menegaskan, agar rutinlah untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter ahli, mencegah preeklamsia terjadi selama masa kehamilan Anda.

Baca juga: Rapor Indonesia untuk Kematian Ibu dan Bayi Jeblok, Ini 7 Faktanya

4. Kehamilan di bawah usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Faktor risiko preeklamsia berikutnya adalah kehamilan di usia rawan yakni di bawah 20 tahun karena kandungan masih terlalu muda, atau usia di atas 35 tahun.

Kehamilan di atas usia 35 tahun, memang berisiko tinggi preeklamsia,bayi prematur dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, ibu hamil di usia rentan ini harus benar-benar menjaga kesehatan diri dan waspada dengan memeriksakan diri, serta memberitahu atau berkonsultasi dengan dokter apa saja keluhan yang dirasakannya.

5. Mengandung lebih dari satu janin

Mengandung lebih dari satu janin atau mengandung anak kembar mungkin menjadi idaman atau keinginan besar bagi sebagain orang.

Akan tetapi, Aditya mengingatkan bahwa mengandung anak kembar termasuk dalam risiko tinggi mengalami preeklamsia.

Baca juga: Kurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi dengan Ikut KB

"Risiko kehamilan kembar itu juga lebih tinggi, kita di dunia medis pada dasarnya ini (kehamilan kembar) adalah double the trouble potensi muncul preeklamsia itu risikonya meningkat bila dibandingkan kehamilan tunggal," kata dia.

6. Obesitas

Obesitas menjadi salah satu faktor risiko yang dapat memicu beragam penyakit, salah satunya kondisi preeklamsia ini.

Orang dengan berat massa melebihi target ideal, baik itu sebelum kehamilan juga sangat berisiko mengalami preeklamsia saat ia hamil.

7. Ibu dengan penyakit penyerta

Aditya menyebutkan, faktor risiko berikutnya yang tidak kalah penting untuk diwaspadai adalah penyakit penyerta yang dimiliki ibu hamil.

Diantaranya seperti penyakit ginjal, hipertensi kronis, darah terlalu kental, penyakit imun, dan lupus juga bisa meningkatkan risiko preeklamsia.

Baca juga: Indonesia Gagal Turunkan Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com