Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkatkan Prevalensi Kematian Ibu dan Janin, Mengapa Preeklamsia Berbahaya?

Kompas.com - 12/10/2021, 18:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas, serta mortalitas ibu dan janin, yang menyumbang 76.000 kematian ibu di dunia setiap tahunnya.

Bahkan, 500.000 kematian janin di dunia setiap tahunnya juga diakibatkan oleh preeklamsia yang dialami ibu saat masa kehamilan.

Untuk di Indonesia sendiri, meskipun belum ada data keseluruhan secara lengkap tentang preeklamsia yang berimplikasi pada kematian ibu dan janin

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda, dr Aditya Kusuma mengatakan, dari hasil riset di beberapa rumah sakit di Indonesia cukup menunjukkan bahwa preeklamsia ini prevalensinya juga mengkhawatirkan di tanah air.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, angka kematian ibu akibat hipertensi mencapai 32 persen, dan akibat pendarahan mencapai 20 persen.

Sementara, data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2015 yang dimuat di Journal of Hypertension, dari 2.103 pasien yang ada 18,4 persen mengalami preeklamsia.

Sedangkan, data riset dari 2.003 pasien di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita sekitar 7,5 persennya mengalami preeklamsia.

 

Baca juga: Indonesia Gagal Turunkan Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Alasannya

 

Lantas, mengapa preeklamsia bisa sebabkan tingginya kematian ibu dan janin?

Preeklamsia adalah gangguan tekanan darah yang hanya terjadi pada kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi.

"Preeklamsia itu per definisnya adalah halilintar atau petir, karena sifatnya silent killer (pembunuh senyap-tidak ketahuan). Sekalinya muncul itu bisa membahayakan ibu dan janin," kata Aditya dalam diskusi daring bertajuk Webinar Roche: Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin, Selasa (12/10/2021).

Preeklamsia dapat terjadi selama masa kehamilan, ataupun setelah ibu melahirkan bayinya. Umumnya, preeklamsia dimulai setelah usia kehamilan minggu ke-20.

Komplikasi yang terjadi akibat preeklamsia yakni termasuk kerusakan pada organ vital, khususnya ginjal dan hati.

"Jadi kenapa ini (kematian ibu dan janin akibat preeklamsia meningkat) bisa terjadi? Jadi gambaran klinisnya seolah-olah selalu tidak jelas," jelasnya.

Baca juga: Rapor Indonesia untuk Kematian Ibu dan Bayi Jeblok, Ini 7 Faktanya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com