Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tingkatkan Prevalensi Kematian Ibu dan Janin, Mengapa Preeklamsia Berbahaya?

KOMPAS.com - Preeklamsia merupakan penyebab utama morbiditas, serta mortalitas ibu dan janin, yang menyumbang 76.000 kematian ibu di dunia setiap tahunnya.

Bahkan, 500.000 kematian janin di dunia setiap tahunnya juga diakibatkan oleh preeklamsia yang dialami ibu saat masa kehamilan.

Untuk di Indonesia sendiri, meskipun belum ada data keseluruhan secara lengkap tentang preeklamsia yang berimplikasi pada kematian ibu dan janin. 

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda, dr Aditya Kusuma mengatakan, dari hasil riset di beberapa rumah sakit di Indonesia cukup menunjukkan bahwa preeklamsia ini prevalensinya juga mengkhawatirkan di tanah air.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, angka kematian ibu akibat hipertensi mencapai 32 persen, dan akibat pendarahan mencapai 20 persen.

Sementara, data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2015 yang dimuat di Journal of Hypertension, dari 2.103 pasien yang ada 18,4 persen mengalami preeklamsia.

Sedangkan, data riset dari 2.003 pasien di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita sekitar 7,5 persennya mengalami preeklamsia.

Lantas, mengapa preeklamsia bisa sebabkan tingginya kematian ibu dan janin?

Preeklamsia adalah gangguan tekanan darah yang hanya terjadi pada kehamilan dan dapat menyebabkan komplikasi.

"Preeklamsia itu per definisnya adalah halilintar atau petir, karena sifatnya silent killer (pembunuh senyap-tidak ketahuan). Sekalinya muncul itu bisa membahayakan ibu dan janin," kata Aditya dalam diskusi daring bertajuk Webinar Roche: Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin, Selasa (12/10/2021).

Preeklamsia dapat terjadi selama masa kehamilan, ataupun setelah ibu melahirkan bayinya. Umumnya, preeklamsia dimulai setelah usia kehamilan minggu ke-20.

Komplikasi yang terjadi akibat preeklamsia yakni termasuk kerusakan pada organ vital, khususnya ginjal dan hati.

"Jadi kenapa ini (kematian ibu dan janin akibat preeklamsia meningkat) bisa terjadi? Jadi gambaran klinisnya seolah-olah selalu tidak jelas," jelasnya.

Ia menambahkan, seringkali ibu hamil tidak menyadari atau mengetahui kalau dirinya sedang mengalami preeklamsia, serta mengira kondisi tubuhnya fit dan baik-baik saja.

Sehingga, ketika tahu ternyata preeklamsia yang dialaminya sudah memicu kondisi komplikasi atau perburukan pada organ tubuhnya, termasuk kondisi janin yang dikandungnya.

Selain itu, preeklamsia juga merupakan penyakit di mana onsetnya tidak dapat diprediksi.

Meski umumnya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu, tetapi ada pula pasien yang mengalami preeklamsia pada usia di bawah 8 minggu dan di atas 34 minggu.

"Konsekuensinya, jauh lebih besar kalau preeklamsia itu muncul di awal atau sebelum 34 minggu. Tetapi tetap saja, preeklamisa yang munculnya dini atau lambat memiliki frekuensi yang tidak ringan,"  ujarnya.

Aditya menjelaskan, peningkatan risiko kematian ibu dan janin itu juga terjadi, karena seringkali preeklamsia sulit dinilai tingkat keparahan atau spektrum derajat beratnya antara yang ringan hingga berat.

Preeklamsia ada yang menyebabkan ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi saja, tetapi ada juga sampai membuat pasien mengalami kegagalan organ serius.

"Seringkali PR nya, preeklamsia (pasien ibu hamil) itu sudah sampai mana,"  tuturnya.

Lebih sulit lagi, jika usia kehamilan ibu hamil yang mengalami preeklamsia masih di bawah 8 bulan, ini akan meningkakan konsekuensi bayi prematur.

Adapun, penyebab peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan pada ibu dan janin akibat preeklamsia berikutnya adalah dikarenakan sulitnya tenaga medis mengambul keputusan yang tepat diwaktu yang tepat.

"Sering juga menjadi pertimbangan para dokter, kapan waktu yang tepat (untuk ibu preeklamsia melahirkan) apakah saat ini atau bisa kita tunda, dalam artian untuk memberi waktu bayi (dalam janin) memiliki perkembangan organ yang lebih baik,"  paparnya.

Di lain sisi, kata dia, pertimbangan menunda kelahiran itu juga sangat berisiko pada ibu dan bayi itu sendiri juga nantinya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/12/183100923/tingkatkan-prevalensi-kematian-ibu-dan-janin-mengapa-preeklamsia-berbahaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke