Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkatkan Prevalensi Kematian Ibu dan Janin, Mengapa Preeklamsia Berbahaya?

Kompas.com - 12/10/2021, 18:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Ia menambahkan, seringkali ibu hamil tidak menyadari atau mengetahui kalau dirinya sedang mengalami preeklamsia, serta mengira kondisi tubuhnya fit dan baik-baik saja.

Sehingga, ketika tahu ternyata preeklamsia yang dialaminya sudah memicu kondisi komplikasi atau perburukan pada organ tubuhnya, termasuk kondisi janin yang dikandungnya.

Selain itu, preeklamsia juga merupakan penyakit di mana onsetnya tidak dapat diprediksi.

Meski umumnya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu, tetapi ada pula pasien yang mengalami preeklamsia pada usia di bawah 8 minggu dan di atas 34 minggu.

"Konsekuensinya, jauh lebih besar kalau preeklamsia itu muncul di awal atau sebelum 34 minggu. Tetapi tetap saja, preeklamisa yang munculnya dini atau lambat memiliki frekuensi yang tidak ringan,"  ujarnya.

Aditya menjelaskan, peningkatan risiko kematian ibu dan janin itu juga terjadi, karena seringkali preeklamsia sulit dinilai tingkat keparahan atau spektrum derajat beratnya antara yang ringan hingga berat.

Baca juga: Kurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi dengan Ikut KB

Preeklamsia ada yang menyebabkan ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi saja, tetapi ada juga sampai membuat pasien mengalami kegagalan organ serius.

"Seringkali PR nya, preeklamsia (pasien ibu hamil) itu sudah sampai mana,"  tuturnya.

Lebih sulit lagi, jika usia kehamilan ibu hamil yang mengalami preeklamsia masih di bawah 8 bulan, ini akan meningkakan konsekuensi bayi prematur.

Adapun, penyebab peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan pada ibu dan janin akibat preeklamsia berikutnya adalah dikarenakan sulitnya tenaga medis mengambul keputusan yang tepat diwaktu yang tepat.

"Sering juga menjadi pertimbangan para dokter, kapan waktu yang tepat (untuk ibu preeklamsia melahirkan) apakah saat ini atau bisa kita tunda, dalam artian untuk memberi waktu bayi (dalam janin) memiliki perkembangan organ yang lebih baik,"  paparnya.

Di lain sisi, kata dia, pertimbangan menunda kelahiran itu juga sangat berisiko pada ibu dan bayi itu sendiri juga nantinya.

Baca juga: Soal Stunting dan Kematian Ibu di Indonesia, Ini Solusi Para Cawapres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com