KOMPAS.com - Kerangka berusia 3.000 tahun lalu yang menunjukkan luka yang diakibatkan kekerasan brutal di masa lalu. Kerangka-kerangka diketahui milik para petani kuno yang hidup di Gurun Atacama di Cile.
Gurun Atacama di Chile terkenal sebagai gurun terkering di dunia. Hidup di sana, tentu bukan perkara mudah.
Namun segelintir orang memutuskan untuk tinggal di tempat tersebut dengan segala tantangan lingkungan yang harus mereka hadapi.
Kendati demikian, menurut sebuah studi baru, tantangan hidup di Gurun Atacama tak melulu berasal dari lingkungan gurun yang keras. Bahaya rupanya bisa saja berasal dari faktor manusia.
Hal tersebut terungkap usai peneliti menganalisis kerangka petani kuno yang hidup di gurung tersebut sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Baca juga: Kerangka Sepasang Kekasih Berusia 1.500 Tahun Ditemukan di China, Masih Berpelukan
Saat menganalisis kerangka tersebut, peneliti menemukan kalau orang-orang itu mengalami tanda-tanda atau luka karena kekerasan brutal yang mungkin diakibatkan dari sebuah pertempuran.
"Di gurun yang ekstrem ini, pertanian memang memiliki lahan terbatas. Kerangka sosial budaya dan penggunaan lahan baru ini dapat memicu ketegangan sosial, konflik, dan kekerasan di antara kelompok-kelompok yang tinggal di gurun," ungkap Vivien Standen, antropolog dan penulis pertama dari Universitas Tarapaca di Chili.
Mengutip Science Alert, Senin (30/8/2021) untuk menyelidiki lebih lanjut mengenai konflik tersebut, peneliti melakukan studi terhadap sisa-sisa kerangka dari 194 individu dewasa yang terkubur di makam kuno di Lembah Azapa.
Berhubung lingkungan gurun sangat kering, kerangka ini terawetkan dengan sangat baik. Beberapa bahkan masih memiliki rambut dan jaringan lunak.
Dari hasil studi terhadap kerangka berusia 3000 tahun lalu itu, peneliti menemukan kalau orang-orang yang merupakan petani kuno itu memiliki tanda-tanda kekerasaan brutal, berupa luka-luka.
Baca juga: Temuan Kerangka Terbelenggu Jadi Bukti Pertama Perbudakan di Inggris