Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia 7.000 Tahun, Manusia Modern Tertua Ditemukan di Sulawesi Selatan

Kompas.com - 27/08/2021, 12:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Kerangka manusia berusia 7.000 tahun dari seorang pemburu-pengumpul ditemukan di Sulawesi Selatan. Ini adalah temuan Homo sapiens tertua.

Fosil yang diperkirakan adalah remaja berusia sekitar 18 tahun ini merupakan fosil pertama yang ditemukan dari budaya kuno misterius, yang dikenal sebagai Toalean.

Dalam laporan yang terbit di jurnal Nature, Rabu (25/8/2021), fosil perempuan dari Zaman Batu ini ditemukan masih lengkap.

Oleh para ilmuwan yang menemukannya, dia diberi nama Bessé´´ (diucapkan bur-sek) yang merujuk kepada putri-putri Bugis yang baru lahir.

Nama Bessé´ adalah penghargaan besar dari para arkeolog untuk fosil perempuan purba ini.

Baca juga: Letusan Gunung Toba 74.000 Tahun Lalu Tak Pengaruhi Manusia Purba

“Meskipun secara fisik berbeda dari populasi Sulawesi saat ini, Bessé´´ akan tetap dianggap sebagai bagian dari sejarah manusia di pulau itu,” kata rekan penulis studi Muhammad Nur, seorang arkeolog di Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan.

Dilansir dari Nature, Kamis (26/8/2021), Bessé´ ditemukan pada 2015 terkubur dalam posisi janin di Leang Panninge, situs arkeologi gua prasejarah batu kapur yang ada di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kawasan ini masih bagian dari wilayah Wallacea.

Dikutip dari Wikipedia, posisi janin digambarkan dengan punggung melengkung, kepala menunduk, dan tangan dan kaki dilipat ke dekat torso.

DNA yang diekstraksi dari tengkorak menunjukkan bahwa Bessé´ memiliki nenek moyang yang sama dengan orang Papua Nugini dan Aborigin Australia, juga dengan spesies manusia purba yang telah punah Denisovan.

“Ini adalah pertama kalinya ada temuan DNA manusia purba di wilayah itu,” kata Adam Brumm, seorang arkeolog di Pusat Penelitian Australia untuk Evolusi Manusia di Universitas Griffith di Brisbane, yang merupakan bagian dari tim yang mendeskripsikan penemuan tersebut.

Para penulis menduga, semasa hidupnya Bessé´ merupakan bagian dari orang Toal, yang keberadaannya diketahui dari sedikit bukti arkeologis, seperti alat-alat batu berlekuk yang khas, dan yang diperkirakan tinggal di Sulawesi pada waktu yang sama.

Gerbang ke Australasia

Ketika fosil Bessé´ ditemukan, di sampingnya ada alat-alat jenis Toalean, alat yang dipakai orang Toal.

"Ini memberikan bukti kuat terkait hubungan Bessé´ dengan orang-orang Toal yang kurang dikenal ini," kata Shimona Kealy, seorang arkeolog di Australian National University di Canberra.

 

Wallacea adalah pintu gerbang yang dilalui nenek moyang orang Papua dan Aborigin Australia modern, tetapi sangat sedikit sisa-sisa manusia purba yang ditemukan di sana.

Salah satu yang paling terkenal adalah kerangka 'Hobbit' kecil dari spesies manusia purba Homo floresiensis, yang ditemukan di pulau Flores, selatan Sulawesi.

Lingkungan tropis yang panas dan lembab membuat DNA terdegradasi dengan cepat dalam fosil, membuat materi genetik menjadi hadiah langka bagi para peneliti yang bekerja di wilayah tersebut.

Para penulis menduga bahwa penguburan kerangka di dalam gua batu kapur Leang Panninge mungkin telah membantu melestarikan DNA sehingga bisa dianalisis.

"Menambahkan analisis genom ke bukti arkeologi memberikan lebih banyak wawasan tentang pergerakan populasi awal dan keragaman genetik orang-orang di wilayah itu", kata Brumm.

Kealy mengatakan, fakta sederhana bahwa DNA telah diekstraksi dari fosil di lingkungan yang menantang dan membantu pelestarian DNA ini merupakan pencapaian utama proyek tersebut.

Setelah dilakukan pengurutan dengan seksama, dari sinilah para ilmuwan mengetahui bahwa Bessé´ berasal dari 7.300 sampai 7.200 tahun lalu.

Gua Leang Panninge di Sulawesi telah menjadi sumber informasi yang kaya tentang manusia purba. Terbaru, tim peneliti Leang Panninge menemukan manusia purba tertua di situs tersebut.Tim peneliti Leang Panninge/ Nature Gua Leang Panninge di Sulawesi telah menjadi sumber informasi yang kaya tentang manusia purba. Terbaru, tim peneliti Leang Panninge menemukan manusia purba tertua di situs tersebut.

Ungkap jalur gelombang migrasi

Genom Bessé´ menunjukkan tingkat keterkaitan yang sama dengan Aborigin Australia dan Papua Nugini saat ini.

"Hal ini menyiratkan bahwa garis keturunannya berpisah sebelum salah satu dari kelompok itu memisahkan diri sekitar 37.000 tahun yang lalu," kata rekan penulis Selina Carlhoff, yang meneliti genetika populasi dari Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia di Jena, Jerman.

Kealy mengatakan mungkin nenek moyang Bessé´ adalah bagian dari pergerakan orang yang bermigrasi melalui Sulawesi ke Australia dan Papua Nugini sekitar 50.000–60.000 tahun yang lalu. Kemudian, garis keturunannya membentuk populasi cabang yang tersisa di Sulawesi.

Kemungkinan lain adalah bahwa nenek moyangnya adalah bagian dari gelombang migrasi kemudian kembali ke Wallacea dari Australia dan Papua Nugini.

 

Temuan sisa-sisa peninggalan manusia purba tertua di gua Leang Panninge, Sulawesi Selatan. Gambar a menunjukkan tipikal tipe artefak Holosen tengah hingga akhir dari kumpulan Toalean di Sulawesi Selatan. Gambar b, batu terkelupas 'titik Maros' (kedua artefak berasal dari Leang Pajae, Maros). Gambar c, titik-titik tulang (kiri: dari lapisan 4 Pemakaman manusia Toalean, Leang Panninge dan kanan: Leang Rakkoe, Maros) .Jurnal Nature Temuan sisa-sisa peninggalan manusia purba tertua di gua Leang Panninge, Sulawesi Selatan. Gambar a menunjukkan tipikal tipe artefak Holosen tengah hingga akhir dari kumpulan Toalean di Sulawesi Selatan. Gambar b, batu terkelupas 'titik Maros' (kedua artefak berasal dari Leang Pajae, Maros). Gambar c, titik-titik tulang (kiri: dari lapisan 4 Pemakaman manusia Toalean, Leang Panninge dan kanan: Leang Rakkoe, Maros) .
Tak hanya memiliki DNA orang Aborigin Australia dan Papua Nugini, genom Bessé´ juga mengandung DNA Denisovan.

Denisovan adalah subspesies manusia purba yang telah punah yang hidup 500.000 sampai 30.000 tahun yang lalu, dan keberadaannya hanya diketahui melalui penemuan fosil di Siberia dan di Dataran Tinggi Tibet.

Kehadiran materi genetik Denisovan - juga ditemukan pada orang-orang di Australia dan Papua Nugini.

Ini menunjukkan bahwa wilayah Wallacea mungkin juga merupakan wilayah di mana Denisovans dan manusia modern bercampur dan kawin silang.

Ada juga pertanyaan apakah Bessé´ terkait dengan lukisan gua berusia 44.000 tahun yang ditemukan pada tahun 2019 di Sulawesi — yang dianggap sebagai salah satu seni gua figuratif tertua di dunia.

“Akan sangat menarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara orang yang membuat lukisan dan (Toaleans),” kata Carlhoff.

Jejak genetik pada penduduk modern

Wilayah di sekitar Leang Panninge saat ini dihuni oleh orang-orang dari budaya Bugis dan Makassar di Indonesia. Orang-orang ini adalah keturunan Austronesia yang menetap di sana setelah melakukan perjalanan dari Taiwan sekitar 3.500 tahun yang lalu.

Genom Bessé´ tidak menunjukkan jejak DNA Austronesia, karena dia hidup jauh sebelum migrasi itu terjadi. Tetapi pertanyaan kunci bagi para peneliti adalah apakah orang Bugis dan Makassar memiliki ikatan dengan kelompok kuno tempat dia berasal.

Brumm mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada jejak garis keturunan genetik Bessé´ yang ditemukan dalam sampel yang diambil dari penduduk Sulawesi modern. Namun, hal ini bisa jadi karena populasi yang beragam belum tersampel secara menyeluruh.

Ada kemungkinan “keturunan suku Toalean ini bertahan dan hidup di beberapa bagian Sulawesi Selatan hingga saat ini, dan gen mereka masih dapat bertahan hingga saat ini, meskipun budaya mereka telah hilang ribuan tahun yang lalu”, kata Brumm.

Baca juga: Lukisan Goa Tertua Sulawesi, Ungkap Migrasi Manusia Purba di Indonesia

Dikutip dari Kompas.id edisi Kamis (26/8/2021) dalam artikel berjudul ”Homo Sapiens” Tertua di Wallacea Ditemukan di Karst Maros-Bone, sekalipun manusia modern diperkirakan telah tiba di Asia Tenggara, termasuk Nusantara, sejak sekitar 50.000 tahun lalu, lukisan babi di situs Leang Bulu’ Sipong yang merupakan satu dari ratusan goa di daerah Karst Maros-Pangkep diperkirakan berumur 44.000 tahun lalu. Ini salah satu jejak tertua manusia modern awal yang ditemukan di kawasan tersebut.

Meski demikian, jejak fosil manusia modern awal yang ditemukan di kawasan ini masih sangat terbatas.

Bahkan, di Asia Tenggara, sejauh ini hanya dua genom manusia pra-Neolitik yang telah diurutkan. Keduanya berasal dari situs pemburu-pengumpul Hòabìnhian daratan di Pha Faen di Laos, bertanggal 7939–7751 tahun yang lalu dan dari Goa Cha di Malaysia berumur 4.400–4.200 tahun yang lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com