Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Akhirnya Berhasil Ungkap Sejarah Evolusi Badak

Kompas.com - 25/08/2021, 20:15 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Peneliti akhirnya berhasil merinci sejarah evolusi badak. Hasil studi ini merupakan temuan yang penting dalam ilmu pengetahuan, mengingat sebelumnya peneliti sudah lama berjuang untuk merekonstruksi pohon keluarga badak.

Mempelajari sejarah badak menjadi tantangan karena badak banyak yang punah. Padahal pada awalnya terdapat sekitar 100 spesies badak yang menyebar di seluruh Afrika, Eurasia, Amerika Utara dan Tengah.

Beberapa badak juga memiliki ukuran sangat besar, seperti seperti badak berbulu (Coelodonta antiquitatis).

Dengan berat lebih dari 2.000 kg, badak ini memiliki bulu berbulu lebat, punuk raksasa, dan tanduk setinggi 1,5 meter.

Baca juga: Kuburan Massal Hewan Purba Ditemukan di Spanyol, Isinya Badak hingga Kucing Bergigi Pedang

Namun, pada saat Pleistosen berakhir sekitar 11.500 tahun yang lalu, hanya sembilan spesies badak yang tersisa di Bumi.

Nah, untuk lebih memahami sejarah dan nenek moyang mereka lebih jauh. Tim peneliti pun memetakan hubungan genetik dari lima spesies badak yang masih hidup dengan tiga spesies badak yang punah sebelum akhir zaman es terakhir.

Mengutip Gizmodo, Rabu (25/8/2021) analisis menunjukkan bahwa pemisahan leluhur badak terjadi 16 juta tahun yang lalu selama Miosen awal, menciptakan dua garis keturunan badak yang berbeda. Satu di Afrika dan di Eurasia.

Perpecahan ini karena penyebaran geografisnya dan bukan akibat perbedaan fisik yang muncul.

Temuan kunci lain para peneliti adalah ternyata badak memang kurang memiliki keragaman genetik sepanjang sejarah hidup mereka.

Indikasinya terlihat pada tanda populas yang kecil yang dapat menyebabkan segala macam penyakit genetik sebagai akibat dari mutasi yang rusak.

"Kedelapan spesies umumnya menunjukkan penurunan ukuran populasi yang terus-menerus, tetapi lambat selama 2 juta tahun terakhir atau ukuran populasi yang terus-menerus kecil selama periode waktu yang lama," jelas Mick Westbury, peneliti dari University of Kopenhagen.

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, entah bagaimana badak berhasil mengatasi atau beradaptasi dengan populasi yang kecil terus. Peneliti pun menggambarkan proses ini dengan istilah pembersihan beban mutasi.

Baca juga: Fosil Hewan dari Badak hingga Nenek Moyang Jerapah Ditemukan di Situs Kuno Spanyol

 

Badak putih menjadi salah satu spesies yang terancam punah. Ilmuwan gunakan teknologi bayi tabung untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan di masa depan.WIKIMEDIA COMMONS/Derek Keats Badak putih menjadi salah satu spesies yang terancam punah. Ilmuwan gunakan teknologi bayi tabung untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan di masa depan.
"Spesies tak beradaptasi dengan keragaman rendah tetapi dalam beberapa hal dapat dikatakan bahwa mereka dapat beradaptasi dengan ukuran populasi yang kecil," tambah Love Dalén ahli paleogenetik dari Museum Sejarah Alam Swedia.

Lebih lanjut, meski keragaman genetik yang rendah memang sudah terdapat pada badak sedari awal, namun kondisi itu terus diperparah saat ini.

Kemungkinan karena manusia telah mendorong mahluk ini menuju kepunahan, seperti perusakan habitat atau perburuan liar.

Hal tersebut pun mau tak mau membuat badak harus menghadapi tingkat variasi genetik yang lebih rendah dan tingkat perkawinan sedarah yang lebih tinggi dibandingkan dengan nenek moyang mereka.

Baca juga: Pengurutan Genom Tunjukkan Harapan Penyelamatan Populasi Badak Sumatera

Studi yang dipublikasikan di jurnal Cell ini pun setidaknya mampu memberikan rekomendasi upaya konservasi yang harus dilakukan saat ini.

Seperti dalam studi, keragaman genetik yang rendah tak selalu menunjukkan bahwa badak berada dalam masalah. Yang terpenting adalah fokus pada peningkatan ukuran populasi mereka.

"Ini berarti, fokus utama konservasi adalah menghindari perburuan ilegal dan perusakan habitat badak. Pendekatannya harus bervariasi tergantung spesiesnya," papar Dalen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com