Bagaimana menurut Cochrane mengenai penggunaan plasma konvalesen?
Beberapa waktu yang lalu sempat ramai didiskusikan publik efektivitas pemberian plasma dari penyintas COVID-19 kepada pasien COVID-19.
Plasma adalah cairan darah di mana sel-selnya telah dipisahkan. Konvalesen berarti masa penyembuhan. Cairan plasma penyintas COVID-19 yang diambil pada masa penyembuhan dipercaya mengandung antibodi yang dapat membunuh SARS CoV-2.
Pada saat lonjakan kasus saat ini semakin sering kita temui permintaan donor plasma konvalesen berseliweran di lini masa berbagai platform sosial media.
Sebuah studi Cochrane yang diterbitkan dengan update terbaru pada 20 Mei 2021 mengatakan dengan yakin bahwa plasma konvalesen tidak memberi manfaat pada pasien-pasien bergejala sedang hingga berat.
Kesimpulan ini diambil setelah dilakukan ulasan sistematik terhadap 13 laporan uji klinis yang melibatkan 48.509 pasien.
Namun demikian, studi ini juga mengatakan bahwa saat ini terdapat 130 uji klinis lain yang sedang berjalan, sehingga belum ikut dilaporkan dalam studi Cochrane ini.
Keberadaan 130 uji klinis ini akan ditelaah dalam versi-versi lanjutan studi Cochrane tersebut. Versi saat ini adalah versi keempat sejak versi pertama pada 14 Mei 2020.
Baca juga: Siapa yang Berisiko Terinfeksi Covid-19 Setelah Vaksin? Ini Kata WHO
Apa kata Cochrane mengenai suplemen vitamin D?
Saat ini juga ramai diperbincangkan mengenai manfaat pemberian suplemen vitamin D. Vitamin D diproduksi oleh sel-sel imun seperti sel B, sel T dan sel penyaji antigen. Secara umum kekurangan vitamin D berhubungan dengan kerentanan terhadap infeksi.
Pertanyaannya kemudian, apakah kekurangan vitamin D dapat secara spesifik dihubungkan dengan kerentanan terinfeksi COVID-19, masuk rumah sakit, ICU, dan kematian karena COVID-19? Apakah suplemen vitamin D dapat memberikan proteksi terhadap risiko-risiko ini?
Setelah menelaah hasil tiga uji klinis dengan 356 peserta, studi Cochrane yang diterbitkan pada 24 Mei 2021 menyimpulkan bahwa saat ini belum terdapat bukti yang cukup untuk menentukan manfaat pemberian vitamin D bagi perawatan maupun pencegahan COVID-19.
Studi ini menekankan perlunya desain uji klinis yang baik agar dapat diperoleh kesimpulan yang kuat mengenai ada tidaknya manfaat vitamin D secara khusus terhadap COVID-19. Masih terdapat 21 uji klinis lain yang sedang berlangsung atau belum dilaporkan, dan akan ditelaah pada studi-studi lanjutan berikutnya.