Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Mengenal Cochrane, Sumber Rujukan Informasi Medis Kepercayaan WHO

Kompas.com - 18/08/2021, 11:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Cara memahami informasi terkait bukti medis

Para ilmuwan kedokteran dan kesehatan telah menetapkan konsensus untuk memperoleh bukti medis yang kredibel dan valid terkait obat termasuk vaksin. Berikut ini konsensusnya.

Bukti medis diperoleh melalui penelitian. Riset dengan kualitas paling tinggi adalah yang menggunakan metode uji klinis terkontrol secara acak (randomized controlled) trial–RCT.

Berbagai laporan RCT untuk obat yang sama kemudian dikumpulkan dan dianalisis sekaligus dengan metode ulasan sistematik (systematic review–SR).

Baca juga: Mengapa Ivermectin Belum Direkomendasikan WHO dan FDA untuk Obat Covid-19?

 

Bukti-bukti medis dari Cochrane dihasilkan dengan metode SR. Dalam piramida hirarki bukti medis, SR menduduki posisi teratas yang artinya paling dapat dipercaya.

Tidak ada satu pun riset yang bebas dari kelemahan. Tantangan utama uji klinis terletak pada minimalisasi kelemahan, yang kemudian menentukan kualitasnya. Jika dilakukan dengan benar, metode RCT memiliki tingkat kelemahan paling rendah dan kualitas paling baik.

Tantangan SR terletak pada keandalannya mengidentifikasi kelemahan uji klinis yang dianalisisnya untuk kemudian meramu kesimpulan yang berimbang.

Kesimpulan terpenting yang perlu dicari dari setiap informasi bukti medis adalah yang menyangkut tingkat kepastian (certainty). Cochrane mengenal tiga tingkat kepastian: tinggi, sedang, dan rendah.

Misalnya, kesimpulan mengenai ketiadaan manfaat plasma konvalesen memiliki tingkat kepastian tinggi, sementara kesimpulan mengenai Ivermectin tingkat kepastiannya rendah.

Oleh karena itu, kita dapat memahami bahwa istilah yang digunakan dalam menyatakan kesimpulan mengenai Ivermectin adalah “tidak ada bukti”. Penelitinya juga menekankan mengenai ketidakpastian atas kesimpulan yang dihasilkan.

Kita perlu memahami perbedaan antara “tidak ada bukti kemanjuran” dan “terbukti tidak ada kemanjuran”. Ketiadaan bukti menunjukkan ketidakpastian, karena minimnya informasi yang dapat dianalisis atau rendahnya kualitas uji klinis yang dilaporkan.

Sementara itu, pembuktian mengenai tidak adanya kemanjuran menunjukkan keyakinan peneliti bahwa obat atau intervensi medisnya memang tidak manjur. Keyakinan ini didapatkan berdasarkan kecukupan data yang telah dianalisis dan tingginya kualitas uji klinis yang dilaporkan.

Tiga contoh bukti Cochrane di atas menyebutkan bahwa masih ada sejumlah uji klinis yang sedang berjalan atau belum dilaporkan.

Ini menunjukkan bahwa kesimpulan yang disampaikan dalam versi studi Cochrane yang lebih awal mungkin saja berubah jika laporan laporan baru dapat dianalisis pada versi-versi berikutnya.

Secara umum, ini berarti bahwa bukti-bukti medis bisa saja berubah seiring dengan laporan-laporan penelitian baru.

Baik “tidak ada bukti kemanjuran” maupun “terbukti tidak ada kemanjuran”, keduanya berimplikasi pada keputusan bahwa obatnya tidak boleh digunakan. Paling tidak pada saat bukti tersebut dipublikasikan, tidak ada yang dapat digunakan sebagai landasan ilmiah untuk penggunaan obat.

Korelasi tidak serta merta menunjukkan hubungan sebab-akibat. Adanya korelasi (berdasarkan hitungan biostatistika) antara pemberian obat dan angka kesembuhan tidak serta merta menunjukkan bahwa kesembuhannya disebabkan oleh pemberian obat.

Hubungan sebab akibat hanya dapat diketahui melalui pembuktian mekanisme penyakit dan mekanisme kerja obat.

Dalam konteks itu, Cochrane bekerja untuk menyediakan bukti-bukti ilmiah yang kredibel dan akurat sehingga obat dan tindakan medis benar-benar bermanfaat secara optimal bagi masyarakat.

Baca juga: Varian Corona Asal Indonesia B.1.466.2, Masuk Daftar Pemantauan WHO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com