Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Temukan Spesies Lumut Baru di Antartika, Warnanya Kemerahan

Kompas.com - 09/07/2021, 19:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Ilmuwan India dari Central University of Punjab menemukan spesies lumut baru di Antartika timur. Peneliti membutuhkan waktu lima tahun untuk mengonfirmasi bahwa itu memang spesies lumut baru.

Spesies lumut baru ini dinamai Bryum bharatiensis yang merujuk pada Bharat, salah satu stasiun penelitian India di benua itu. Stasiun itu sendiri dinamai dewi Hindu Bharati, lebih dikenal sebagai Saraswati.

Penemuan oleh para ilmuwan India telah ditinjau sejawat dan diterima oleh Journal of Asia-Pacific Biodiversity.

Dilansir The Independent, Kamis (8/7/2021), para ilmuwan pertama kali menemukan spesies lumut B. bharatiensis selama ekspedisi di Antartika pada tahun 2017.

Baca juga: Gletser Kiamat Terbesar di Antartika Ini Diprediksi Segera Runtuh, Studi Jelaskan

Setelah temuan itu, mereka menghabiskan lima tahun untuk mengurutkan dan membandingkan DNA lumut dengan tanaman lain.

Ini adalah pertama kalinya India menemukan spesies tanaman sejak stasiun penelitian Bharat didirikan di Antartika pada tahun 1984.

Felix Bast – yang mengepalai Departemen Botani di Universitas Pusat Punjab di India utara – menjadi bagian dari ekspedisi enam bulan yang menemukan spesies hijau tua di kawasan Larsemann Hills, dekat stasiun Bharati pada Januari 2017 .

“Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari, yaitu saat musim panas di Antartika. Lumut sepanjang 1,5 hingga 3 cm terlihat tumbuh di beberapa tempat di dekat stasiun Bharati. Spora lumut ini tetap tidak aktif dan bertahan di musim dingin yang parah,” kata Dr Bast seperti dikutip oleh surat kabar Indian Express.

Namun, para ilmuwan masih belum mengerti bagaimana tanaman bertahan hidup di iklim yang keras di benua itu selama bulan-bulan musim dingin.

Mereka mengatakan kemungkinan lumut itu mengering hingga tahap tidak aktif, hampir menjadi benih pada saat ini, dan berkecambah lagi selama musim panas pada bulan September ketika mereka mulai mendapatkan sinar matahari lagi.

Lumut yang mengering kemudian menyerap air dari salju yang mencair.

Ada juga sumber lain yang tidak mungkin berkontribusi pada pertumbuhan lumut yakni kotoran penguin.

Lumut dengan demikian, tumbuh di daerah di mana penguin berkembang biak dalam jumlah besar.

"Kotoran penguin – yang memiliki nitrogen dan tidak terurai karena iklim – memungkinkan lumut untuk bertahan hidup," kata Dr Bast kepada BBC.

Baca juga: Danau Berukuran Masif di Antartika Mendadak Menghilang

“Antartika semakin menghijau. Banyak spesies tanaman beriklim sedang yang sebelumnya tidak dapat bertahan hidup di benua beku ini sekarang terlihat di mana-mana karena pemanasan benua,” katanya.

“Menjadi bagian dari misi Antartika India yang sulit selama enam bulan itu sendiri adalah hak istimewa yang sangat besar. Pada tingkat pribadi, penemuan ini adalah buah dari misi ilmiah ini,” kata Dr Bast dalam pernyataan lain kepada media lokal di India.

Lebih dari 100 spesies lumut telah didokumentasikan dari Antartika sejauh ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com