Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kondisi RS dan Nakes di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19 Indonesia

Kompas.com - 08/07/2021, 16:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Tenaga kesehatan Indonesia telah menerima vaksin Sinovac yang memiliki efikasi 65,3 persen yang dimulai sejak Januari tahun ini.

Berdasarkan data yang dihimpun nakes.laporcovid19.org, hingga Kamis 8 Juli 2021 total tenaga kesehatan yang gugur adalah 1.132 orang.

Dari jumlah tersebut, menurut data yang didapat dari relawan LaporCovid-19 ada 131 petugas kesehatan yang meninggal sejak Juni dan 50 di antaranya meninggl pada Juli. Sebagian besar tenaga kesehatan yang gugur sudah disuntik dengan vaksin Sinovac.

Menurut dokter spesialis paru dari RSUP Persahabatan, Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, SpP(K), pada Rabu (7/7/2021), tercatat ada sekitar 200 tenaga kesehatan yang terinfeksi virus corona meski sudah divaksinasi beberapa bulan lalu.

Baca juga: Keterisian Tempat Tidur di RS Jakarta dan 3 Daerah Lain Tembus 80 Persen

"Ini benar-benar gila. Jumlah pasien sangat banyak, tapi tenaga kesehatan sangat sedikit," kata Erlina kepada Reuters.

Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), sekitar 95 persen petugas kesehatan di Indonesia telah mendapat vaksinasi lengkap.

Di tengah lonjakan kasus Covid-19, beberapa profesional medis mempertanyakan kemanjuran vaksin Sinovac. Namun di sisi lain, pemerintah mengatakan masalahnya terletak pada varian Delta, bukan vaksin.

Sebagian besar petugas kesehatan yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan gejala ringan.

Menurut survei yang dilakukan Reuters terhadap dokter, direktur rumah sakit, dan kepala industri kesehatan menunjukkan bahwa ribuan orang terpaksa diisolasi di seluruh pulau Jawa.

Lia Partakusuma, sekretaris jenderal Persi mengatakan, pihaknya telah mensurvei rumah sakit besar milik pemerintah di kota-kota besar di Jawa.

"Mereka (rumah sakit besar milik pemerintah) mengatakan, sekitar 10 persen tenaga kesehatan mereka positif Covid-19," kata Lia dilansir dari Reuters, Rabu (7/7/2021).

Tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19 harus melakukan isolasi mandiri selama dua minggu.

Namun profesional medis lainnya mengatakan, banyak tenaga kesehatan yang hanya melakukan isoman selama lima hari karena mereka sangat dibutuhkan di rumah sakit.

Lonjakan kasus Covid-19 dan kematian memperburuk situasi.

 

Pasien Covid-19 di IGD RS Abdul Moeloek (RSAM) Lampung membludak pada Rabu (7/7/2021). Sebanyak 162 pasien dari kabupaten datang ke RSAM dalam waktu hampir bersamaan kurang dari enam jam sejak siang. KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA Pasien Covid-19 di IGD RS Abdul Moeloek (RSAM) Lampung membludak pada Rabu (7/7/2021). Sebanyak 162 pasien dari kabupaten datang ke RSAM dalam waktu hampir bersamaan kurang dari enam jam sejak siang.

Dilansir dari laman Worldometers, pada 7 Juli 2021, Indonesia yang mencatat 34.379 kasus baru berada di urutan ketiga.

Sedangkan jumlah penambahan pasien Covid-19 tertinggi dalam sehari dicatat Brazil dengan 54.022 kasus. Kemudian, urutan kedua ditempati India yang mencatat 45.674 kasus.

Peningkatan kasus Covid-19 dalam sebulan terakhir artinya juga orang yang membutuhkan rawat inap rumah sakit meningkat tiga hingga lima kali lipat.

Banyak ahli epidemiologi menyatakan, tingkat pengujian Covid-19 yang rendah di Tanah Air menandakan data resti Covid-19 yang diumumkan pemerintah tidak benar-benar mencerminkan tingkat wabah. Jumlah kasus Covid-19 sebenarnya diyakini bisa tiga sampai lima kali lipat.

Tenaga kesehatan kewalahan

Banyak pasien Covid-19 yang harus diinfus di luar rumah sakit, ada yang terbaring koma di koridor dengan tempat tidur darurat, hingga ketersediaan oksigen yang menipis.

Menurut para dokter dan direktur rumah sakit kepada Reuters, ini adalah pemandangan di hampir seluruh rumah sakit di Jawa.

Tenaga kesehatan melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Koja, Jakarta Utara, Selasa (29/6/2021). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja menjadi rumah sakit (RS) khusus untuk pasien virus corona (Covid-19) sesuai surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemkes).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Tenaga kesehatan melakukan perawatan terhadap pasien Covid-19 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD Koja, Jakarta Utara, Selasa (29/6/2021). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja menjadi rumah sakit (RS) khusus untuk pasien virus corona (Covid-19) sesuai surat edaran Kementerian Kesehatan (Kemkes).

Pakar kesehatan masyarakat khawatir situasinya akan memburuk dan mungkin negara kita akan menjadi "India berikutnya", di mana saat itu kasus Covid-19 India meroket dan sistem kesehatan kebanjiran pasien di bulan April dan Mei.

Iironisnya Indonesia dinilai tidak sesiap India dalam menangani krisis semacam itu.

Oraganisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi mengatakan, Indonesia hanya memiliki 0,4 dokter yang menangani 1.000 orang. Ini terendah kelima di Asia Pasifik, jumlahnya kurang dari setengah India.

Kekurangan tenaga medis membuat rumah sakit merekrut sukarelawan, mulai dari apoteker, radiografer, hingga mahasiswa kedokteran.

Menurut seorang eksekutif di sebuah rumah sakit yang meminta namanya tidak disebutkan mengatakan, merawat pasien Covid-19 seringkali membutuhkan keterampilan yang belum dimiliki mahasiswa kedokteran atau sukarelawan lainnya.

Baca juga: Pasien Covid-19 Isolasi Mandiri di Rumah, Segera ke RS Jika Muncul Gejala Ini

"Ini sebenarnya bukan solusi," katanya.

Pemerintah telah memberlakukan PPKM darurat di pulau Jawa dan Bali sejak 3-20 Juli 2021 ini. Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi telah menjanjikan menambah 8.000 tempat tidur.

Tetapi dokter bertanya, apa gunanya lebih banyak tempat tidur tanpa tenaga kesehatan.

"Masalahnya adalah tenaga kerja. Kalaupun kita bisa menambah ruang, siapa yang bisa mengurusnya?" kata ahli saraf Eka Julianta Wahjoepramono.

"Tidak ada. Itu masalahnya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com