Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Ungkap Profil Genetik Pengaruhi Faktor Risiko Kanker Kolorektal di Indonesia

Kompas.com - 26/06/2021, 20:18 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Kanker kolorektal atau colorectal cancer (CRC) merupakan kanker usus besar dan rektum yang umum terjadi di Indonesia, yang saat ini menduduki peringkat empat kasus kanker terbanyak pada pria dan wanita.

Bahkan, berdasarkan data GLOBOCAN 2020, pertumbuhan risiko kumulatif seumur hidup CRC pada pria Indonesia adalah yang pertama di antara semua jenis kanker.

Berangkat dari hal tersebut, para peneliti melakukan penelitian untuk mencari tahu kaitan profil genetik dengan faktor risiko penyebab kanker kolorektal.

Baca juga: Jangan Abaikan Gejala Kanker Kolorektal

Apalagi, kebanyakan penelitian terkait profil genetik dan peningkatan risiko penyakit kanker kolorektal, sebagian besar hanya berdasarkan populasi Kaukasoid, dan sedikit populasi Asia. Bahkan, belum ada yang melakukannya untuk populasi Indonesia.

Prof. Dr. Irawan Yusuf dari Universitas Hasanuddin serta Dr. Bens Pardamean, dan Dr. James Baurley dari Bioinformatics and Data Science Research Center (BDSRC) Universitas Bina Nusantara kemudian memprakarsai penelitian bertajuk Genetic Risk Factors for Colorectal Cancer in Multiethnic Indonesian, yang telah dimulai pada tahun 2014 lalu.

“Sebagai langkah awal, kami merekrut pasien dari beberapa rumah sakit di kota Makassar yang dikoordinasikan oleh dr. Ronald Lusikooy dan dr. Upik Miskad dari Universitas Hasanuddin,” kata Dr. Bens Pardamean kepada Kompas.com.

Proses pengumpulan sampel ini memakan waktu selama dua tahun untuk mendapatkan lebih 300 partisipan, yang terdiri dari pasien kolorektal dengan berbagai tingkatan stadium serta beberapa partisipan yang sehat sebagai kelompok pembanding.

Dari sisi data kesehatan dan pola hidup, peneliti menggunakan sebuah kuesioner yang berisikan lebih dari 300 pertanyaan yang harus diisi oleh setiap sampel.

Lalu, secara bersamaan, peneliti juga harus mengolah sampel darah dan jaringan dari setiap partisipan yang merupakan sumber genetik (DNA) penelitian untuk mendapatkan DNA yang dibutuhkan.

Dr. Bens mengatakan, dalam hal ini peneliti bekerja sama dengan Mochtar Riady Institute of Nanotechnology (MRIN) sebagai laboratorium yang bertanggungjawab dan kemudian DNA yang sudah ada dikirimkan ke laboratorium di New Jersey, Amerika Serikat untuk diproses guna mendapatkan profil genetik dari tiap partisipan.

“Alasan kami mengirimkan sampel DNA ke luar negeri adalah karena belum adanya laboratorium yang dapat melakukan proses pembacaan DNA yang kami butuhkan di Indonesia saat itu,” jelas Dr. Bens.

“Proses pengiriman DNA ini sudah mendapatkan izin resmi dari pemerintah melalui diberikannya Material Transfer Agreement yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan,” imbuhnya.

Tahapan terakhir dari rangkaian penelitian ini adalah melakukan analisa bioinformatika yang dilakukan oleh tim BDSRC dengan kerjasama dengan para ahli bioinformatika dan sains matematika di BioRealm dan Clemson University di Amerika Serikat.

Baca juga: Kanker Kolorektal, Mengapa Penting Deteksi Dini?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com