Bayi dapat memperlihatkan bermacam-macam ekspresi dari semua emosi dasar, termasuk kebahagiaan, perhatian, keheranan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kebosanan sesuai dengan situasinya.
"Bayi yang mengalami lebih banyak emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik, juga untuk pola-pola perilaku yang akan menimbulkan kebahagiaan," ujarnya.
2. Emosi anak usia 2-6 tahun
Setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, maka pada usia 2-6 tahun ada perkembangan emosi baru yang dialami anak-anak.
Mereka pada rentang usia 2-6 tahun atau disebut pula usia anak-anak pra-sekolah sudah dapat merasakan cinta dan mempunyai kemampuan untuk menjadi anak yang mulai bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan dan inginkan.
Baca juga: Emosi Bisa Memicu Asma Kambuh, Ini Penjelasan Ahli
Anak-anak bisa jadi seseorang yang penuh kasih sayang, ia juga dapat merasakan anak lain yang sedang sedih, ataupun mulai merasa bersimpati dan juga ingin menolong orang lain di sekitarnya.
"Anak pra-sekolah baru dapat mengekspresikan satu emosi pada satu waktu, dan belum dapat memadukan emosi atau perasaan dari hal-hal yang membingungkan," jelasnya.
3. Emosi anak usia 6-12 tahun
Selanjutnya, perkembangan emosi anak hingga rentang usia sekolah yakni 6-12 tahun.
Anggia menjelaskan bahwa pada rentang usia sekolah ini, anak-anak sudah mulai memiliki kemampuan kognitif yang akan semakin berkembang seiring aktivitas mereka baik di rumah maupun di sekolah.
Baca juga: The World of The Married, Kenapa Kita Emosi bahkan Paranoid Usai Menontonnya?