Paru-paru pun bisa mengalami peradangan parah karena sistem kekebalan tubuh berusaha keras membunuh virus.
Peradangan pada paru-paru itu sayangnya bisa terus terjadi meski infeksi sudah selesai.
Erlina menjelaskan, sitokin yang keluar dalam jumlah sedikit tidak memiliki pengaruh pada kondisi paru pasien, atau keadaan parunya tidak bermasalah.
Akan tetapi kalau jumlah sitokin yang dikeluarkan di paru sudah banyak, disebut sebagai badai sitokin, maka itu akan membuat paru sangat padat dan kaku.
Selama peradangan terjadi, sistem imun juga melepas molekul bersifat racun bagi virus dan jaringan paru-paru.
Baca juga: Peneliti Ungkap Badai Sitokin Sebabkan Delirium, Kebingungan yang Dialami Pasien Covid-19
Tanpa penanganan yang tepat, fungsi paru-paru pasien dapat menurun hingga membuat pasien sulit bernapas dan tak bisa bertahan tanpa alat bantu pernapasan atau ventilator.
"Itulah yang membuat dia (pasien) sesak, susah bernapas, dan itu yang bisa menyebabkan meninggal," kata Erlina dalam pemberitaan Kompas.com, Kamis (20/2/2020).
Mahirsyah menjelaskan, interleukin-6 merupakan salah satu jenis sitokin yang terlibat pada proses inflamasi dan kanker.
Baca juga: Bisa Sebabkan Kematian pada Pasien Covid-19, Apa Itu Badai Sitokin?
Untuk pengobatan, kata dia, obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab dan Sarilumab telah digunakan pada uji klinis pasian Covid-19.
Selain itu, vitamin C juga perlu diberikan kepada pasien Covid-19. Vitamin C bersifat antioksidan sehingga diduga dapat mengurangi keparahan badai sitokin.
Jadi, badai sitokin ini tergantung pada daya tahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus yang masuk.
Apabila daya tahan tubuh kuat, virus yang masuk bisa dikalahkan dan pasien Covid-19 bisa sembuh.
Baca juga: Peneliti Ungkap Badai Sitokin pada Pasien Covid-19 Tidak Jelas, Ini Paparannya