Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Penyebab Wafatnya Kartini, Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Tinggi

Kompas.com - 21/04/2021, 16:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - RA Kartini meninggal pada 17 September 1904 di Rembang saat berusia 25 tahun. Ia meninggal empat hari setelah melahirkan putra pertamanya.

Peristiwa ini mengingatkan kita, bahwa kematian ibu dan bayi usai melahirkan sudah terjadi sejak lama.

Bahkan, dalam surat Kartini bertanggal 11 Oktober 1901 kepada sahabat penanya Estella Zeehandelaar, Kartini menceritakan bahwa di zamannnya setiap tahun ada sekitar 20 ribu perempuan meninggal saat melahirkan.

"Dan 30 ribu anak lahir meninggal karena pertolongan bagi perempuan bersalin yang kurang memadai," kata Kartini dalam suratnya kepada Stella, saat dia mengabari mendapat tawaran sekolah bidan.

Bagaimana dengan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini?

Baca juga: Kartini dan Kesempatan Sekolah Bidan, Ingin Mencegah Kematian saat Melahirkan

AKI di Indonesia saat ini

Diberitakan Kompas.com 4 Februari 2021, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi.

Hal tersebut disampaikan Hasto saat membacakan pidato Menko PMK di acara webinar tentang implikasi hasil sensus penduduk 2020 terhadap kebijakan pembangunan kependudukan, Kamis (4/2/2021).

"Di Indonesia, angka kematian ibu dari data tahun 2015 dari susenas masih cukup tinggi dengan 305 per 100.000 penduduk dan angka kematian bayi pada tahun 2017 sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup," ujar Hasto.

Angka ini masih jauh dari target global, di mana pada 2030 dunia mendorong angka kematian ibu harus di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup.

Sedangkan angka kematian bayi dan balita, ditargetkan truun hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup.

Untuk diketahui, kesehatan ibu dan anak adalah faktor sangat penting dalam Sustainable Development Goals (SDGs).

Fakta AKI

Berikut 6 fakta tentang angka kematian ibu yang dihimpun Kompas.com:

1. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut WHO

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan.

Suatu kasus tergolong AKI hanya jika kematian terkait atau diperberat dengan kehamilan atau penanganannya dan bukan disebabkan kecelakaan atau cedera.

2. Masalah lama sejak abad ke-17

Tingginya angka kematian ibu bukanlah hal baru dalam dunia medis. Upaya penanganan kasus kematian ibu dan bayi telah diperbincangkan sejak abad ke-17.

Menurut situs resmi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), laporan studi berjudul Death in Childbed from the Eighteent Century to 1935, catatan-catatan terkait kasus kematian ibu mulai muncul pada awal abad ke-17, seiring dengan berkembangnya praktik kebidanan di masyarakat Inggris.

Akan tetapi, komitmen masyarakat global terkait penanganan kasus kematian ibu baru hadir di akhir abad ke-20.

3. Data Angka Kematian Ibu di Indonesia

Berdasar data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKi) 1990, ada 390 perempuan meninggal dunia di setiap 100.000 kelahiran.

Kemudian evaluasi Millennium Development Goals (MDGs) pada 2015, kasus kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia menurun secara perlahan ke angga 305 per 100 ribu kelahiran.

Padahal target MDGs 2015 adalah menurunkan AKI hingga tiga perempat dari angka 1990 atau sekitar 110 kasus per 100 ribu kelahiran. Namun hal itu belum bisa tercapai.

Sebagai perbandingan, Malaysia berhasil menurunkan AKI hingga 45 persen dalam 20 tahun terakhir, begitu pun AKI di dunia.

4. Penyebab AKI

Penyebab AKI masih sama seperti yang terjadi pada Kartini ketika tutup usia pada 17 September 1904, empat hari pasca melahirkan anak pertamanya.

Kabar yang beredar, Kartini meninggal karena pendarahan setelah melahirkan, tekanan darah naik dan sempat kejang.

117 tahun berlalu, tekanan darah tinggi dan pendarahan masih tercatat sebagai faktor risiko yang paling sering dialami dalam kasus AKI.

Selain pendarahan dan hipertensi, faktor risiko seperti infeksi, abortus, dan partus lama juga menjadi penyebab lain atas kasus AKI.

Ilustrasi melahirkanSHUTTERSTOCK/Natalia Deriabina Ilustrasi melahirkan

5. Faktor luar yang disepelekan dan jadi pemicu

Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) terdorong untuk mencari penyebab kematian ibu dan bayi di Indonesia. AIPI memanfaatkan data dari 7.381 literatur untuk mengungkap penyebab utama kasus ini.

Penelitian tersebut dilakukan sejak Juni 2016 hingga Maret 2018.

Ketua Evidence Summit Profesor Dr dr Akmal Taher, SpU (K) mengungkap, pemicunya adalah kualitas pelayanan kesehatan, sistem rujukan kesehatan, implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan.

Selain itu, faktor budaya juga berperan dalam kasus ini.

Terutama beberapa daerah di Indonesia yang memegang prinsip bahwa perempuan tidak berhak menentukan proses persalinannya. Hal ini membuat banyak kasus perempuan melahirkan dalam kondisi darurat dan sulit ditolong.

"Ini lantaran keluarga melarang ibu hamil dirujuk ke fasilitas medis yang masih memadai. Perempuan untuk melahirkan di rumah sakit saja harus menurut keputusan suami dan keluarga," kata Akmal.

Baca juga: RA Kartini, Putri Jawa Pejuang Emansipasi dan Sejarah Hari Kartini

6. Tangani kasus kematian ibu dan bayi dengan safe motherhood

Pada tahun 1987, kekhawatiran terkait dampak dari tingginya kasus kematian ibu mendorong WHO dan organisasi-organisasi internasional lain untuk melahirkan The Safe Motherhood Initiative.

Konsep safe motherhood mencakup serangkaian upaya, praktik, protokol, dan panduan pemberian pelayanan yang didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan ginekologis, layanan keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum yang berkualitas.

Semua hal itu bertujuan untuk menjamin kondisi kesehatan sang ibu, janin, dan anak agar tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca-melahirkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com