Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Manusia di Zaman Batu adalah Predator Puncak

Kompas.com - 06/04/2021, 18:29 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Sebuah studi berhasil mengungkapkan jika selama sekitar dua juta tahun manusia adalah predator puncak.

Namun punahnya hewan besar (megafauna) di berbagai belahan dunia yang membuat menurunnya sumber pangan hewani menjelang akhir zaman batu, menyebabkan manusia secara bertahap menambah unsur nabati dalam nutrisinya.

Hingga akhirnya manusia tak punya pilihan lain untuk melakukan domestikasi tumbuhan dan menjadi petani.

Hasil tersebut didapatkan setelah peneliti dari Tel Aviv University merekonstruksi nutrisi manusia zaman batu.

Baca juga: Bersihkan Gigi jadi Keseharian Manusia Purba Neanderthal, Ini Buktinya

"Sejauh ini upaya untuk merekonstruksi pola makan manusia zaman batu sebagian besar didasarkan pada perbandingan dengan masyarakat pemburu-pengumpul abad ke-20," ungkap Dr. Miki Ben-Dor, peneliti dari Tel Aviv University seperti dikutip dari Phys, Selasa (6/4/2021).

Namun perbandingan ini sia-sia sebab dua juta tahun lalu masyarakat pemburu-pengumpul dapat berburu dan memakan gajah dan hewan besar lainnya.

Sementara pemburu pengumpul saat ini tidak memiliki akses untuk melakukan hal tersebut karena seluruh ekosistem telah berubah. Jadi kondisinya tak dapat dibandingan.

Hal itu pun membuat peneliti memutuskan untuk mengunakan metode lain untuk merekonstruksi pola makan manusia zaman batu. Ini dilakukan untuk memeriksa memori yang tersimpan dalam tubuh, metabolisme, genetika, dan fisik.

"Perilaku manusia berubah dengan cepat tetapi evolusi lambat, sehingga tubuh akan mengingatnya," kata Ben-Dor.

Peneliti pun lantas mengumpulkan sekitar 25 baris bukti dari sekitar 400 makalah ilmiah dari berbagai disiplin ilmu.

Hasilnya, peneliti menemukan jika manusia di zaman batu cenderung mengonsumsi protein hewani. Salah satunya terlihat dari keasaman lambungnya.

"Keasaman perut kita tinggi jika dibandingkan dengan omnivora bahkan predator lainnya dan itu merupakan bukti bahwa manusia mengonsumsi produk hewani," jelas Bem-Dor.

Baca juga: Dibakar dan Dimutilasi, Beginilah Praktik Penguburan pada Zaman Batu

Keasaman yang tinggi memberikan perlindungan dari bakteri berbahaya yang terdapat dalam daging.

Pasalnya manusia prasejarah berburu hewan besar yang digunakan untuk mencukupi selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu sehingga kemungkinan mengandung bakteri dalam jumlah besar.

Indikasi lain yang menunjukkan jika manusia adalah predator puncak adalah struktur sel lemak di tubuh kita.

Dalam tubuh omnivora, lemak disimpan dalam jumlah yang relatif kecil dari sel lemak besar, sedangkan pada predator, termasuk manusia, sebaliknya: memiliki jumlah sel lemak yang jauh lebih besar.

Evolusi manusia sebagai predator juga telah ditemukan dalam genom kita. Sedangkan bukti arkeologi juga menunjukkan jika praktik berburu manusia mengkhususkan diri dalam berburu hewan berukuran besar dan sedang dengan kandungan lemak tinggi.

"Berburu hewan besar bukanlah hobi yang baru," kata Ben-Dor lagi.

Baca juga: Manusia Purba Gunakan Alat Pemotong Pecahkan Tulang Hewan, Untuk Apa?

Sementara itu bukti alat yang digunakan manusia untuk memproses makanan nabati hanya muncul di tahap akhir evolusi manusia.

Peneliti menyebut, bukti pengolahan makanan nabati dimulai sekitar 85.000 tahun lalu di Afrika dan sekitar 40.000 tahun lalu di Eropa serta Asia.

"Bukti arkeologis tidak mengabaikan fakta bahwa manusia zaman batu juga mengonsumsi tanaman, tetapi tanaman hanya menjadi komponen makanan utama menjelang akhir zaman batu," papar Ben-Dor.

Beberapa peningkatan bertahap juga terjadi saat manusia mengonsumsi makanan nabati. Baik itu sesuai dengan kondisi ekologi dan juga dibarengi dengan peningkatan keunikan lokal budaya.

Rekonstruksi multidisiplin ini pun akhirnya tak hanya mendukung bahwa hewan besar merupakan sumber makanan di sebagian besar sejarah manusia tetapi sekaligus memberikan paradigma baru dalam evolusi manusia.

"Kami mengajukan gambaran yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal inklusivitas dan keluasannya yang dengan jelas menunjukkan bahwa manusia pada awalnya adalah predator puncak yang berburu hewan besar," tambah Prof Ran Barkai, peneliti lain yang terlibat.

Studi dipublikasikan di Yearbook of American Physical Anthropology Association.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com