Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 5 Jenis Gangguan Kecemasan, Termasuk Serangan Panik

Kompas.com - 04/04/2021, 13:05 WIB
Dea Syifa Ananda,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Dalam hidup, setiap manusia pasti pernah mengalami kecemasan dari waktu ke waktu, baik itu usia dewasa maupun anak-anak.

Bagi kebanyakan orang, perasaan cemas hanya berlangsung dalam waktu singkat. 

Namun bagi sebagian orang lainnya, perasaan cemas ini  tidak menghilang selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Kondisi ini dapat memburuk seiring waktu hingga terkadang menjadi begitu parah, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari.

Jika ini terjadi, dapat dikatakan bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan atau yang lebih dikenal dengan anxiety disorder.

Tapi rupanya, anxiety disorder atau gangguan cemas ini memiliki jenis yang beragam. Apa saja itu?

Baca juga: Anxiety Attack dan Panic Attack, Apa Bedanya?

5 Jenis Gangguan Kecemasan

Dilansir Healthline, terdapat lima jenis gangguan kecemasan atau anxiety disorder. Berikut di antaranya:

1. Panic Disorder

Panic disorder atau gangguan panik dapat menyebabkan serangan kecemasan, ketakutan yang tiba-tiba dan berulang yang memuncak dalam hitungan menit. Mereka yang mengalami serangan panik kemungkinan akan mengalami:

- Perasaan bahaya yang membayangi
- Sesak napas
- Sakit dada
- Detak jantung cepat atau tidak teratur yang terasa seperti berdebar-debar atau berdebar-debar (palpitasi)

Serangan panik dapat menyebabkan seseorang merasa khawatir situasi tertentu akan terulang kembali, sehingga berusaha menghindari situasi yang pernah terjadi sebelumnya.

2. Post-traumatic stress disorder (PTSD)

Post-traumatic stress disorder atau dalam bahasa Indonesia adalah gangguan stres pascatrauma, umumnya terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis seperti:

- Perang
- Serangan
- Bencana alam
- Kecelakaan

Gejala yang dialami oleh orang dengan PTSD antara lain adalah kesulitan bersantai, mimpi yang mengganggu, atau kilas balik dari peristiwa atau situasi traumatis.

Orang dengan PTSD juga cenderung menghindari hal-hal yang berhubungan dengan trauma tersebut.

Baca juga: Anak Dipisahkan dari Orangtua Bisa Alami Trauma Berkepanjangan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com