Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malam Ini, Earth Hour ke-13 dilakukan 60 menit Non-stop Secara Daring

Kompas.com - 27/03/2021, 17:00 WIB
Dea Syifa Ananda,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Gerakan Earth hour akan diselenggarakan kembali secara serentak pada Hari Sabtu tanggal 27 Maret 2021 pukul 20.30 - 21.30 waktu setempat.

Earth Hour 2021 ini akan menjadi momen sekaligus aksi nyata dalam menyatukan penduduk dunia untuk berbicara tentang alam di tengah krisis kesehatan global Covid-19.

Secara online, semua warga dunia akan bersatu dengan mematikan lampu secara simbolis selama satu jam untuk merawat masa depan planet bumi.

Kegiatan di tahun ini akan berfokus pada empat isu utama, yaitu:

  • Membangun kolaborasi untuk kampanye mengurangi sampah plastik di lautan,
  • Mempromosikan kampanye hemat energi serta energi baru terbarukan,
  • Menginisiasi komitmen anak muda untuk program pembangunan kesadaran konsumen akan pola konsumsi yang berkelanjutan,
  • Menggerakkan kampanye pembangunan kesadaran terkait keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia.

Baca juga: Malam Ini, Earth Hour 2020 Ajak Masyarakat Matikan Listrik 1 Jam

Dengan tema Unity in Blodiversity, Yayasan WWF Indonesia dan komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu dan melindungi masa depan keanekaragaman hayati sebagai kekayaan bangsa dan terus menghimbau perubahan gaya hidup menjadi ramah lingkungan serta berkelanjutan.

Seperti yang kita tahu, di masa krusial seperti ini, dunia mencoba untuk membalikkan keadaan dan pulih dari kerusakan akibat pandemi Covid-19 serta membangun kembali dirinya sendiri.

"Maka dari itulah kita perlu menempatkan alam sebagai solusi utama bagi upaya pemulihan kehidupan didunia untuk memastikan masa depan ekonomi dan masyarakat kita," ungkap CEO Yayasan WWF-Indonesia, Dr. Dicky Simorangkir dalam konferensi pers yang digelar Yayasan WWF Indonesia dan Komunitas Earth Hour, Kamis (25/3/2021).

Saat ini, alam memang berada pada krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Krisis ini berdampak pada berbagai ekosistem yang ada salah satunya keanekaragaman hayati.

Padahal, manusia sangat membutuhkan alam untuk keberlangsungan hidupnya baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.

Maka dari itu, kita perlu melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan bumi beserta seluruh ekosistemnya.

Dari tujuan tersebut, terbentuklah gerakan Earth Hour yang merupakan gerakan publik terbesar di dunia.

Earth Hour sudah dilakukan sejak tahun 2007 dan diikuti oleh 190 negara di dunia. 

“Earth Hour adalah momen persatuan bagi individu, pemimpin, dan pecinta lingkungan agar bersama-sama menyerukan tindakan dan aksi nyata untuk mengembalikan hubungan manusia dan alam sekaligus mengamankan kehidupan di dunia " ungkap Dr. Dicky.

Lukas Adhyakso, Direktur Operasional Yayasan WWF Indonesia mengatakan kegiatan ini merupakan sebuah pengingat atau penanda agar kita mengingat bahwa bumi perlu dirawat kesehatannya dan terdapat hal-hal rutin yang harus dilakukan untuk kesehatan bumi.

Menurutnya, menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang merupakan warisan Indonesia sama pentingnya dengan menjaga kesehatan, keberadaan dan keberlangsungan umat manusia yang bergantung pada alam.

"Earth hour mengingatkan kita untuk mengembalikan sebagian dari apa yang kita nikmati dari alam ini kepada alam," ungkap Lukas.

Cara yang paling mudah adalah dengan simbolis mematikan lampu, karena lampu mensimbolkan bagaimana manusia seharusnya memanfaatkan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan.

"Karena sumbangsih kita kepada alam sekecil apapun sangatlah bermakna," lanjutnya.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Lampu, Sejak Puluhan Ribu Tahun

Earth Hour sendiri masuk ke Indonesia di inisiasi oleh Yayasan WWF Indonesia pada tahun 2009.

Pelaksanaan Earth Hour telah didukung oleh mitra di 128 kota dan digerakkan oleh 2.000 relawan muda yang tersebar di 33 kota, serta didukung oleh 2 juta warga net melalui aktivasi digital.

Pada tahun 2019, Earth hour resmi menjadi komunitas yang hingga kini telah tersebar di 33 kota yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com