Seperti yang kita tahu, SARS CoV-2 adalah virus terbesar dan terkuat dalam keluarga virus corona.
Virus ini berevolusi dan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-ubah. Tingkat akumulasi mutasi pada virus ini sekitar 1-2 mutasi / bulan.
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik virus, karena virus berusaha beradaptasi dengan inangnya dan membentuk siklus mutasi yang berkelanjutan dari satu host ke host berikutnya, populasi etnis ke etnis berikutnya, bahkan membentuk satu wilayah geografis ke wilayah geografis berikutnya.
"Maka dari itu pemerintah mengupayakan penelitian lebih mendalam, agar vaksin bisa efektif untuk menangkal virus corona jenis baru ini," jelas Prof.Bambang.
Baca juga: Vaksin Oxford AstraZeneca Gagal Cegah Infeksi Covid-19 di Afrika Selatan
Dari ketiga mutasi varian baru virus corona tersebut, pemerintah menilai bahwa mutasi virus ini sangat berdampak dan serius.
Oleh sebab itu, pengadaan genomik surveilans dinilai sangat penting.
“Untuk bisa lebih memahami tidak hanya karakter virus Covid-19, tapi juga mutasi yang mulai banyak terjadi, maka Kementerian Kesehatan dan Kemenristek/BRIN sepakat untuk melakukan genomik surveilans,” ucap Bambang.
Sebagai pelaksana kegiatan surveilans genom virus SARS-COV-2, Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemristek/BRIN) melibatkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan beberapa laboratorium yang ada di Perguruan Tinggi maupun LPNK di bawah koordinasi Kemristek/BRIN.
Baca juga: Apa yang Ilmuwan Ketahui tentang Varian Baru Virus Corona dan Vaksin?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.