Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sriwijaya Air SJ 128 Jatuh, Bagaimana Mengatasi Kesedihan Kehilangan Orang Terkasih?

Kompas.com - 12/01/2021, 20:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 dilaporkan kehilangan ketinggian dalam waktu singkat, empat menit pasca-lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.30 WIB.

Pesawat dengan nomor penerbangan SJ182 itu seharusnya tiba pada pukul 15.15 WIB di Bandara Soepadio, Pontianak.

Seperti yang telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, pesawat yang mengangkut 46 penumpang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 6 kru penerbangan itu dikabarkan hilang kontak sekitar 11 mil laut arah utara Bandara Soekarno-Hatta, di atas Kepulauan Seribu.

Hingga kini operasi SAR masih berjalan dan Tim Disaster Victim Identification (DVI) masih terus berupaya mengidentifikasi korban pesawat Sriwijaya SJ182.

Baca juga: 4 Fakta Dinamika Atmosfer Sebelum Pesawat Sriwijaya SJ182 Jatuh

Kejadian ini tentu meninggalkan luka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Apalagi, mereka kehilangan orang terkasih dengan mendadak.

Menurut Hening Widyastuti, Praktisi Psikologi, Solo, secara psikologis situasi ini sangat berat bagi keluarga yang ditinggalkan, karena kehilangan anggota keluarga tercinta secara mendadak tanpa ada tanda-tanda sebelumnya.

“Sangat manusiawi jika ini membuat shock dan menimbulkan kesedihan teramat dalam. Karena kejadiannya tidak terduga. Berbeda jika sebelumnya sudah sakit, tentu saat kehilangan sudah lebih siap mental,” kata Hening saat dihubungi Kompas.com.

“Tentu tak ada yang menyangka bahwa di hari itu, akan kehilangan suami, istri, anak, bahkan orangtua. Namun, satu yang perlu dipahami bahwa musibah ini kehendak Sang Pencipta,” lanjutnya.

Di saat seperti ini sangat penting mencari sumber berita yang akurat dan tidak simpang siur. Karena itu dibutuhkan dukungan dari anggota keluarga dan kerabat terdekat untuk mendampingi, serta memberikan kekuatan psikis dan non psikis, termasuk membantu mencarikan informasi yang tepat.

Baca juga: Keluarga Penumpang Sriwijaya Air SJ 182 Diimbau Datangi Posko Antemortem, Apa Itu?

.SHUTTERSTOCK .

Bagi mereka yang kehilangan, Hening mengatakan untuk memberi waktu pada diri sendiri untuk menangis dan meluapkan kesedihan, memberi ruang untuk menyendiri dan berdialog dengan diri sendiri.

“Tumpahkan semua kesedihan dan beban batin pada Sang Pencipta. Mohon kekuatan untuk meneruskan kehidupan. Setiap orang membutuhkan waktu untuk bangkit dari kesedihan, perlahan saja, sesuaikan dengan kondisi masing-masing,” jelas Hening.

Hening mengingatkan, ketika kesedihan terasa begitu berat, temui seseorang yang dipercaya untuk berbagi cerita. Jangan pernah berniat untuk menyakiti diri sendiri, seperti usaha bunuh diri.

“Hal seperti itu bukanlah solusi. Justru bisa menimbulkan masalah baru, misalnya menyebabkan kecacatan fisik. Lagipula, orang terkasih yang telah pergi tentu tak ingin melihat keluarganya seperti itu,” tuturnya.

Kejadian ini dikatakan Hening, juga sangat mungkin menyebabkan rasa trauma untuk naik pesawat di kemudian hari.

Jika hal ini terjadi, bisa diatasi dengan berkonsultasi pada ahlinya psikolog klinis atau psikiater, bisa juga dengan melakukan hypno therapy.

Baca juga: Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh, BMKG Imbau Maskapai Penerbangan Waspada Awan Cumulonimbus Pekan Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com